Welcome to the Enlightening Idea

The very powerful word combining of media makes it very overwhelming to change of the world

Sabtu, 09 Januari 2016

Solusi Krisis Yaman
Oleh : Fatkurrohman, S.IP,M.Si[1]

Instabilitas politik-keamanan di Yaman akhir-akhir ini semakin tidak terkendali. Korban tewas terkait konflik yang terjadi di Yaman saat ini menurut PBB telah mencapai angka 4,500 orang. Banyaknya korban yang tewas tersebut sebagian besar adalah warga sipil yang jumlahnya kira-kira 2,110 orang. Jumlah korban yang tewas sangat mungkin akan terus bertambah mengingat pemberontak Houthi memberikan perlawanan sengit meski mendapatkan serangan bertubi-tubi dari koalisi Arab yang dipimpin oleh Arab Saudi.
Jet-jet tempur Uni Emirat Arab melakukan serangan udara ke kantong-kantong pertahanan Houthi setelah 45 tentara Uni Emirat Arab, 10 tentara Saudi dan 5 tentara Bahrain terbunuh di Yaman. Pihak Houthi mengklaim bertanggung jawab atas terbunuhnya pasukan koalisi Arab karena selama lima bulan terakhir mendapatkan serangan udara dari koalisi Arab. Pertempuran yang berkepanjangan antara kedua belah pihak telah mengakibatkan tidak hanya menelan korban jiwa, tetapi juga menimbulkan bencana kelaparan dan pengungsian.
Kemudian yang menjadi pertanyaannya adalah apa solusi yang terbaik yang bisa digunakan untuk menyelesaikan krisis politik di Yaman?. Pertanyaan ini penting untuk kita diskusikan karena krisis di Yaman telah banyak menelan korban jiwa yang sebagian besarnya adalah warga sipil tak berdosa.
Krisis politik di Yaman berawal ketika Arab Spring melanda Timur Tengah pada tahun 2011. Pada saat itu para demonstran menginginkan Presiden Saleh (1990-2012) untuk mundur dari jabatannya sebagai Presiden Yaman. Tetapi, Presiden Saleh menolak untuk mundur sehingga terjadi kekacauan politik (political chaos) di Yaman. Pada tahun 2012, Presiden Saleh digantikan oleh wakilnya yakni Abdrabbuh Mansour Hadi yang kemudian mendapat dukungan penuh dari Barat.
Houthi yang berada di Yaman Utara melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Hadi karena sejak awal dimarginalkan dan tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah. Pada tahun 2014, Houthi merebut Sanaa, ibukota Yaman, yang kemudian dilanjutkan Kota Aden dan kota-kota lain. Hal ini membuat Hadi harus menyingkir dari Yaman yang kemudian mengendalikan pemerintahan Yaman dari tempat pengasingannya di Arab Saudi.
Krisis politik yang berkepanjangan di Yaman telah membuat Yaman berada di “ambang kehancuran (on the verge of total collapse)”. Hal ini merujuk pada kenyataaan bahwa 21 juta di antara 26,7 juta penduduk Yaman membutuhkan bantuan kemanusiaan baik makanan, air bersih maupun tempat tinggal. Fakta tersebut harus segera disikapi baik oleh pihak-pihak yang terlibat dalam pertikaian maupun pihak internasional (PBB).
Solusi Politik
Untuk merespon krisis di Yaman pihak Dewan Keamanan (DK) PBB secara bulat telah mengeluarkan resolusi 2201 pada tanggal 15 Februari 2015. Resolusi ini menyeru semua pihak untuk menghentikan konflik dan menjamin proses transisi politik di Yaman. Resolusi DK PBB tersebut bisa dikatakan tidak memberikan dampak yang signifikan karena tiga kali gencatan senjata yang pernah disepakati oleh kedua belah pihak ternyata gagal di tengah jalan.
Pembicaraan damai (peace talks) yang dimediasi PBB pada bulan Juni di Jenewa juga gagal menghasilkan kesepakatan gencatan senjata (ceasefire agreement) karena Houthi tidak mengirimkam delegasinya. Gagalnya gencatan senjata dan pembicaraan damai diakibatkan tidak adanya saling percaya antara pihak-pihak yang bertikai. Dalam konteks ini, utusan khusus PBB untuk masalah Yaman Ismail Ould Cheikh Ahmed harus mampu menyakinkan pihak-pihak yang bertikai bahwa tidak akan ada serangan ke pihak lain dalam masa gencatan senjata.
Ketika pihak PBB bisa menyakinkan kedua belah pihak untuk betul-betul melakukan gencatan senjata maka ada dua keuntungan yang akan diperoleh. Pertama adalah bantuan kemanusiaan yang dikirimkan oleh PBB maupun ICRC bisa masuk ke zona konflik dan keuntungan yang kedua adalah pembicaraan damai bisa dilaksanakan secara baik. Jika pembicaraan damai bisa dilakukan maka transisi politik ada kemungkinan bisa terwujud dengan baik.
Berpijak dari analisa di atas maka bisa disimpulkan bahwa membangun rasa saling percaya antara pihak yang bertikai adalah salah satu solusi jangka pendek yang harus dilakukan oleh utusan khusus PBB. Jika ini berhasil dilaksanakan maka krisis politik di Yaman diharapkan bisa segera berakhir. Wallahu A’lam.

[1] Akademisi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Penulis Buku “Isu dan Realita Konflik Kawasan”