Welcome to the Enlightening Idea

The very powerful word combining of media makes it very overwhelming to change of the world

Rabu, 24 Juni 2015

Solusi Penyelesaian Boko Haram
Oleh:Fatkurrohman, S.IP, M.Si[1]

Kekerasan kembali dilakukan oleh Boko Haram di Nigeria. Dalam tiga hari terkahir ini, Boko Haram telah melakukan serangkaian pembunuhan terhadap 37 penduduk kota Gubio dan menghancurkan 400 bangunan kota tersebut. Tindakan Boko Haram ini jelas merupakan peringantan awal bagi pemerintahan baru Muhammad Buhari. Buhari merupakan pengganti Presiden Goodluck Jonathan yang mengakhiri masa jabatannya per 29 Mei 2015.
Buhari,72, memiliki latar belakang militer dan mantan penguasa militer rentang waktu 1984-1985. Kemenangan Buhari dalam pemilu yang digelar pada tanggal 28-29 Maret 2015 atas Jonathan sekaligus mengukuhkan kemenangan pertama kelompok oposisi dalam tiga kali pemilu terakhir. Dalam pemilu kali ini Buhari mendapatkan 53,96% sementara Jonathan mendapatkan 44,96.
Sebagai pengganti Jonathan, Buhari diharapkan dapat menekan sepak terjang Boko Haram yang kian hari kian mengkhawatirkan. Kemudian yang menjadi pertanyaannya adalah langkah strategis apa yang seharusnya dilakukan oleh Buhari dalam menangani Boko Haram?. Hal ini sangat menarik untuk kita diskusikan karena pemerintahan sebelumnya bisa dikatakan gagal dalam meredam Boko Haram.
Boko Haram memiliki arti pendidikan Barat dilarang (western education is forbiden). Boko Haram merupakan kelompok jihadist yang bermarkas di Timur Laut Nigeria dan sekaligus aktif di Chad, Niger dan Kamerun. Kelompok ini pernah memiliki kedekatan dengan al-Qaida dan secara tegas juga mendeklarasikan diri bergabung dengan ISIS (The Islamic State of Iraq and Syria). Kelompok ini memiliki anggota berjumlah antara 7,000-10,000 orang yang saat ini di bawah komando Abubakar Shekau.
Sejak aktif di tahun 2002, Boko Haram dari tahun ke tahun menunjukkan eksistensinya di Nigeria. Kekerasan demi kekerasan dan bahkan pembunuhan kerap kali dilakukan oleh Boko Haram. Di tahun 2010, Boko Haram telah meledakkan beberapa gereja di malam Natal yang telah menewakan 32 orang. Satu tahun berikutnya yakni di tahun 2011, Boko Haram juga bertanggung  jawab atas ledakan yang menewakan puluhan orang di Hari Natal di kota Abuja.
Tidak hanya itu, Boko Haram juga melakukan bom bunuh diri di kantor kepolisian di Abuja yang telah menewaskan 8 orang. Dua bulan pasca bom bunuh diri di Kantor Kepolisian, Boko Haram kembali melakukan penyerangan terhadap kantor pusat PBB yang menewaskan 23 orang. Kemudian pada tahun 2012, Boko Haram melakukan serangan yang mematikan di Kano yang menewaskan 185 orang. Tahun 2014, Boko Haram melakukan penculikan terhadap 276 siswi.
Inagurasi Buhari
Dalam inagurasi yang dilaksanakan pada tanggal 29 Mei, Buhari secara jelas akan memggunakan opsi militer dalam menyelesaikan Boko Haram. Opsi ini seolah-olah menegaskan latar belakang Buhari yang kental dengan militer. Penggunaan opsi militer dalam penyelesaian Boko Haram bisa dikatakan harus diuji lagi terkait efektivitas dan keberhasilannya. Hal ini karena di era Jonathan, opsi ini bisa dikatakan telah digunakan oleh pemerintahan Jonathan, tetapi hasilnya adalah Boko Haram tidak punah, tetapi justru sebaliknya.
Boko Haram terus melakukan pembunuhan baik dengan cara penyerangan atau dengan bom bunuh diri. Jika dilihat grafiknya di era Jonthan (2010-2015), tren kekerasan yang dilakukan oleh Boko Haram cenderung naik secara signifikan. Padahal di era Jonathan tidak hanya menggunakan opsi militer, tetapi Jonathan juga berusaha membuka ruang dialog dengan Boko Haram. Tetapi ruang dialog yang dibangun oleh Jonthan belum mendapatkan respon positif dari Boko Haram.
Dalam konteks ini, Buhari harus belajar dari era pemerintahan Jonathan khususnya terkait opsi dialog yang belum maksimal yang pernah ditawarkan ke Boko Haram. Kedua belah pihak harus bertemu dalam satu meja untuk mencari solusi yang konkret misalnya terkait pemberian otonomi khusus atau yang paling ekstrem opsi referendum ke Boko Haram.
Berpijak dari paparan di atas maka bisa kita simpulkan bahwa opsi militer harus menjadi upaya terakhir (the last resort) ketika jalan dialog menemui jalan buntu. Jika ini bisa dilakukan oleh pemerintahan Buhari maka korban jiwa di Nigeria bisa diminimalisir. Wallahu A’lam.

[1] Akademisi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.