Welcome to the Enlightening Idea

The very powerful word combining of media makes it very overwhelming to change of the world

Selasa, 23 Desember 2014

Tantangan Indonesia di AEC
Oleh : Fatkurrohman, S.IP,M.Si[1]

Pada tanggal 12-13 November akan menjadi momen yang penting bagi Myanmar. Hal ini karena Myanmar menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN (KTT ASEAN) yang pertama kalinya setelah 17 tahun menjadi anggota ASEAN. Sebagai tuan rumah KTT ASEAN, Myanmar telah menyiapkan tema yang cukup menarik yakni “ Moving Forward in Unity to a Peaceful and Prosperous Community”. Berangkat dari tema tersebut, salah satu prioritas yang ingin dicapai oleh Myanmar adalah menyakinkan implementasi AEC 2015 (ASEAN Economic Community) berjalan secara baik.
Ide pemebentukan komunitas ASEAN khususnya AEC pertama kali muncul dengan disahkannya ASEAN Vision 2020 di Kuala Lumpur pada tahun 1997. Pembentukan komunitas ini kemudian ditegaskan kembali pada KTT ke-9 ASEAN di Bali pada tahun 2003. Berikutnya pada KTT ke-12 ASEAN di Filipina, komitemen untuk mewujudkan AEC dipercepat dari tahun 2020 menjadi tahun 2015. Pelaksanaan AEC yang akan diberlakukan akhir tahun 2015 mencakup 12 sektor prioritas yang terdiri dari tujuh sektor barang dan lima sektor jasa.
Item-item yang masuk ke dalam tujuh sektor barang adalah industri pertanian, peralatan elektronik, otomotif, perikanan, industri berbasis karet, industri berbasis kayu dan tekstil. Sementara lima sektor jasa meliputi transportasi udara, pelayanan kesehatan, pariwisata, logistik dan industri teknologi informasi atau e-ASEAN. Kedua belas sektor prioritas tersebut diharapkan akan memberikan kontribusi secara signifikan bagi ekonomi domestik negara-negara anggota ASEAN.
Indonesia sebagai salah satu anggota ASEAN diharapkan mampu memanfaatkan AEC secara maksimal guna mewujudkan Indonesia yang makmur dan sejahtera. Untuk itu, pemerintah Indonesia harus memiliki daya saing yang kuat (strong competitiveness) untuk mengimplementasikan hal tersebut. Jika kita petakan secara holistik, maka setidak-tidaknya ada dua tantangan utama yang mendesak untuk segera dibenahi pemerintah Indonesia dalam menghadapai perhelatan AEC tahun depan.
Kualitas Infrastruktur
Masalah infrastruktur menjadi hal yang penting untuk segera ditangani oleh pemerintah Indonesia. Hal ini karena menurut The Global Competitiveness Report 2013/2014 kualitas infrastruktur Indonesia berada di peringkat ke-5 di antara 10 negara ASEAN. Sementara di tingkat dunia, kualitas infrastruktur Indonesia berada di posisi ke-82 di antara 148 negara. Rendahnya kualitas infrastruktur ini jika kita cermati dipengaruhi oleh beberapa faktor penting. Salah satu dari faktor tersebut adalah rendahnya alokasi anggaran dalam pembenahan infrastruktur.
Hal ini bisa kita lihat anggaran untuk infrastruktur hanya berkisar di angka 2,5% dari PDB (produk domestik bruto). Alokasi anggaran yang kecil ini tentu tidak cukup jika kita melihat besarnya biaya untuk pembebasan lahan, studi kelayakan (feasibility study) dan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Persoalan ini harus secepatnya ditangani oleh pemerintah Jokowi-JK agar masalah infrastruktur tidak terlalu berdampak pada biaya logistik domestik Indonesia.
Kualitas SDM
Persoalan lain yang tidak kalah penting dari pentingnya kualitas infrasrtuktur adalah masalah kualitas pekerja. Masalah SDM (Sumber Daya Manusia) ini perlu ditingkatkan karena menurut data ASEAN Productivity Organization (APO) menunjukkan bahwa dari 1000 tenaga kerja Indonesia hanya 4,3% yang terampil. Sementara Singapura memiliki tenaga kerja yang terampil sebesar 34,7%, Malaysia 32,6% dan Filipina 8,3%.
Jika kita lihat data tersebut maka Singapura menjadi negara yang memiliki tenaga terampil tertinggi di antara negara-negara lain. Berangkat dari data di atas maka tidak mengherankan jika Singapura dianggap negara yang akan banyak memperoleh keuntungan dari penyelenggaraan AEC. Fakta ini harus memacu pemerintah Indonesia untuk memperkuat SDM Indonesia dengan pelayanan pendidikan nasional yang terjangkau dan berkualitas. Hal ini penting untuk dilakukan karena data struktur pasar saat ini menunjukkan pekerja banyak didominasi lulusan SD sekitar 80% dan 7% lulusan perguruan tinggi.
Berpijak dari analisa di atas, maka bisa disimpulkan bahwa penangan secara cepat persoalan infrastruktur dan SDM  harus menjadi agenda utama pemerintahan Jokowi-JK. Jika kedua tantangan tersebut bisa ditangani secara baik maka optimalisasi keuntungan AEC diharapkan akan diterima oleh Indonesia di masa yang akan datang. Wallahu A’lam.

[1] Pemerhati masalah ASEAN tinggal di Yogyakarta