Welcome to the Enlightening Idea

The very powerful word combining of media makes it very overwhelming to change of the world

Rabu, 27 Agustus 2014

Krisis Gaza
Oleh: Fatkurrohman, S.IP,M.Si[1]

Pembicaraan Perdamaian Kairo (Cairo Peace Talks) yang dimediasi oleh Mesir mengalami jalan buntu. Gencatan senjata yang dimulai sejak tanggal 5 Agustus berjalan secara tersendat-sendat yang akhirnya menghadapkan Hamas dan Israel kembali ke medan pertempuran. Hal ini karena kedua belah pihak tidak setuju dengan syarat yang diajukan oleh masing-masing pihak. Persyaratan yang diajukan oleh Hamas adalah pencabutan blokade Israel dan pembangunan pelabuhan dan bandar udara. Sementara pihak Israel meminta senjata Hamas dilucuti dan penghilangan aktivitas militer di Gaza.
Tidak adanya titik temu keinginan masing-masing pihak memiliki potensi yang besar dalam menambah jumlah korban tewas akibat konflik Hamas dan Israel. Sampai saat ini jumlah korban tewas telah mencapai 2,103 orang yang terdiri dari 2,036 penduduk Gaza dan 67 orang dari pihak Israel. Korban jiwa di pihak Gaza didominasi oleh wanita dan anak-anak, sementara di pihak Isarel adalah tentara. Tidak hanya itu, agresi Israel ke Gaza juga mengakibatkan 10 ribu penduduk Gaza terluka dan 218 ribu orang kehilangan tempat tinggal.
Tingginya angka korban tewas dari warga sipil Gaza menjadi keprihatian tersendiri bagi komunitas internasional. Maka tidak mengherankan jika banyak negara mendorong gencatan senjata antara Hamas dan Israel bisa menjadi pintu masuk (entry point) terwujudnya perdamaian antar keduanya. Kebuntuan pembicaraan damai Kairo sangat disesalkan oleh banyak pihak tidak terkecuali Sekjen PBB Ban Ki-moon. Untuk itu Mesir sebagai mediator diharapkan mampu membujuk Hamas dan Israel untuk duduk kembali di meja perundingan agar konflik tidak berkepanjangan.
Egoisme Hamas dan Israel
Pertempuran kembali terjadi antara Hamas dan Israel ketika kedua belah pihak tidak menemukan kesepakatan bersama atas persyaratan yang diajukan oleh masing-masing pihak. Pihak Hamas menolak secara tegas persyaratan yang diajukan oleh Israel terkait dengan penghilangan aktivitas militer di Gaza dan pelucutan senjatanya. Penolakan Hamas ini didasarkan atas kepentingan Hamas dalam memproteksi Gaza dari serangan Israel. Di pihak lain, Israel juga menolak permintaan Hamas agar membuka blokadenya selama tujuh tahun atas Gaza karena khawatir terjadinya penyelundupan senjata ke Gaza yang akan membahayakan keamanan Israel.
Sikap keras Hamas dan Israel dalam mempertahankan keinginannya menjadi pemicu gagalnya gencatan senjata yang dimediasi oleh Mesir. Kegagalan gencatan senjata mestinya tidak perlu terjadi jika kedua belah pihak mau menurunkan egoisme masing-masing. Hal ini mungkin sangat sulit untuk dilakukan baik oleh Hamas maupun Israel karena menyangkut kepentingan keamanan keduanya. Tetapi, formula inilah yang bisa dikatakan sangat mungkin untuk dilakukan agar kesepakatan untuk berdamai antara Hamas dan Israel bisa tercapai dengan baik.
Gencatan Senjata Tanpa Syarat
Formula lain untuk menyelesaikan konflik Hamas dan Israel adalah gencatan senjata tanpa syarat. Formula ini memang sangat rentan mengalami kegagalan di tengah jalan karena tidak ada kekuatan legal yang menjamin formula ini bisa berjalan secara baik. Tetapi, setidak-tidaknya formula ini menjadi solusi jangka pendek untuk menyelesaikan krisis Gaza saat ini. Dalam konteks ini, pihak Dewan Keamanan PBB juga telah mengeluarkan resolusi yang secara bulat didukung oleh 15 negara anggota terkait dengan pentingnya penerapan gencatan senjata kemanusiaan dan tanpa syarat.
Gencatan senjata tanpa syarat juga pernah terjadi antara Hamas dan Israel ketika Israel melakukan agresi ke Gaza pada tahun 2012. Gencatan senjata yang dimediasi oleh Mesir ini bisa dikatakan mampu bertahan selama dua tahun sampai kemudian Israel melakukan agresi ke Gaza pada tanggal 8 Juli. Selama masa itu, Hamas dan Fatah melakukan rekonsiliasi membentuk pemerintahan persatuan nasional, sementara Israel lebih banyak membangun perumahan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Berpijak dari paparan di atas bisa kita simpulkan bahwa Hamas dan Israel diharapkan mau melunakkan persyaratan yang diajukan. Jika tidak, demi rasa kemanusiaan, kedua belah pihak bisa menerapkan gencatan senjata tanpa syarat seperti pada tahun 2012. Dua hal ini diharapkan bisa menjadi solusi terbaik dalam penyelesaian krisis Gaza saat ini.Wallhu A’lam.

[1] Dosen Hubungan Internasional UGM Yogyakarta.