Harapan
Suriah Pasca Jenewa II
Oleh
: Fatkurrohman, S.IP.M.Si[1]
Perhelatan Konferensi
Jenewa II sebagai sebuah solusi politik (political
solution) untuk mengatasi krisis Suriah mengalami jalan buntu (deadlock). Konferensi yang telah
diselenggarakan pada tanggal 22 Januari tersebut tidak membuahkan kemajuan
berarti terkait penyelesaian krisis Suriah. Hal ini terjadi karena kedua belah
pihak yakni rejim Assad dan pemberontak tidak menemukan titik temu terkait opsi
pembentukan pemerintahan transisi. Fakta ini tentu akan membawa penderitaan
yang tidak ringan bagi rakyat Suriah karena besaranya ancaman mortir dan
kelaparan yang mengahantui kehidupan mereka.
Menurut data terakhir
yang dirilis oleh UNHCR (United Nations
High Commissioner for Refugees) menyebutkan bahwa krisis Suriah telah
mengakibatkan 2,4 juta pengungsi yang tersebar di wilayah-wilayah perbatasan
Suriah seperti Lebanon, Yordania, Turki dan Irak. Selain itu, krisis Suriah
juga telah menewaskan kurang lebih 140 ribu orang dan 7 juta orang kehilangan tempat
tinggal.
Untuk merespon
penderitaan rakyat Suriah seiring gagalnya tujuan digelarnya konferensi akhir
bulan lalu, maka Dewan Keamanan (DK) PBB secara aklamasi menyepakati resolusi
bantuan kemanusiaan ke Suriah. Bantuan berupa makanan, obat-obatan dan
kebutuhan yang lain diharapakan mampu mengurangi penderitaan rakyat Suriah
akibat gejolak politik (political unrest)
yang tak kunjung berakhir di Suriah.
Gejolak politik yang
telah berjalan tiga tahun di Suriah telah membuat rakyat Suriah berada di titik
yang mengkhawatirkan. Pertempuran sengit antara pihak rejim Assad dan
pemberontak di beberapa kota seperti Aleppo, Damaskus dan Homs menyisakan penderitaan
panjang bagi rakyat Suriah. Hal ini terjadi karena pasokan bantuan
internasional tidak mampu menembus daerah-daerah konflik sehingga sebagaian
rakyat Suriah harus bertahan dengan memakan rumput dan menggunakan obat-obatan
yang sudah kadaluarsa. Untuk itu, resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB terkait
bantuan kemanusiaan di Suriah harus betul-betul dihormati oleh pihak-pihak yang
bertikai yakni rejim Assad dan pemberontak agar bantuan kemanusiaan PBB bisa berjalan
baik dan tepat sasaran.
Salah satu bentuk
penghormatan terhadap resolusi bantuan kemanusiaan PBB adalah pihak rejim Assad
dan pemberontak harus membuat gencatan senjata (cease-fire) secara konsisten demi suksesnya bantuan kemanusiaan. Hal
ini mengacu kepada kedua belah beberpa kali sepakat untuk gencatan senjata
tetapi kemudian dilanggar oleh salah satu di antara keduanya sehingga konflik
terus terjadi sehingga menyulitkan masuknya bantuan kemanusiaan.
Konferensi
Jenewa III
Salah satu penyebab
kegagalan perundingan damai antara pihak Assad dan pemberontak adalah tidak
adanya kesepakatan terkait skala prioritas perundingan. Pihak Assad meminta
penghentian aksi teror dan kerusuhan menjadi agenda pembicaraan utama dalam
perundingan, sementara di pihak pemberontak meminta pembahasan pemerintahan
transisi tanpa kehadiran Assad didahulukan. Perbedaan pandangan ini
mengakibatkan kedua belah pihak saling mengecam antara satu dengan yang
lainnya.
Meskipun kedua belah
pihak, rejim Assad dan pemberontak, berbeda pendapat terkait skala prioritas
pembicaraan, tetapi kedua belah telah sepakat untuk hadir dalam pembicaraan
damai berikutnya (Konferensi Jenewa III) yang rencananya akan dilaksanakan
bulan depan. Rencana pelaksanaan Konferensi Jenewa III ini akan menjadi
momentum bagi penyelesaian krisis politik di Suriah yang tidak hanya
menyebabkan penderitaan, tetapi juga telah menelan banyak korban jiwa.
Penyelenggaraan
Konferensi Jenewa III bulan depan diharapkan ada perubahan sikap dari pihak
Assad dan pemberontak terkait agenda utama pembicaraan perundingan. Pembahasan
pertama terkait penghentian terorisme atau kerusuhan di domestik Suriah menjadi
agenda utama atau pembahasan pemerintahan transisi didahulukan harus bisa
dicari titik tengahnya. Jika hal ini belum bisa dipecahkan dan kedua belah
pihak tetap mempertahankan argumentasi masing-masing maka konferensi bulan
depan hanya akan sia-sia.
Berpijak dari paparan
di atas, maka resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB terkait dengan bantuan
kemanusiaan di Suriah hanyalah merupakan solusi yang bersifat temporer.
Sementara solusi konkret terkait penyelesaian krisis Suriah adalah kesuksesan
Konferensi Jenewa III antara rejim Assad dan pemberontak yang hasilnya bisa
kita lihat bersama bulan depan. Wallahu
A’lam.
[1]
Dosen Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Penulis
buku Isu dan Realita Konflik Kawasan (2010).