Welcome to the Enlightening Idea

The very powerful word combining of media makes it very overwhelming to change of the world

Kamis, 27 Maret 2014

Harapan Suriah Pasca Jenewa II
Oleh : Fatkurrohman, S.IP.M.Si[1]

Perhelatan Konferensi Jenewa II sebagai sebuah solusi politik (political solution) untuk mengatasi krisis Suriah mengalami jalan buntu (deadlock). Konferensi yang telah diselenggarakan pada tanggal 22 Januari tersebut tidak membuahkan kemajuan berarti terkait penyelesaian krisis Suriah. Hal ini terjadi karena kedua belah pihak yakni rejim Assad dan pemberontak tidak menemukan titik temu terkait opsi pembentukan pemerintahan transisi. Fakta ini tentu akan membawa penderitaan yang tidak ringan bagi rakyat Suriah karena besaranya ancaman mortir dan kelaparan yang mengahantui kehidupan mereka.
Menurut data terakhir yang dirilis oleh UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) menyebutkan bahwa krisis Suriah telah mengakibatkan 2,4 juta pengungsi yang tersebar di wilayah-wilayah perbatasan Suriah seperti Lebanon, Yordania, Turki dan Irak. Selain itu, krisis Suriah juga telah menewaskan kurang lebih 140 ribu orang dan 7 juta orang kehilangan tempat tinggal.
Untuk merespon penderitaan rakyat Suriah seiring gagalnya tujuan digelarnya konferensi akhir bulan lalu, maka Dewan Keamanan (DK) PBB secara aklamasi menyepakati resolusi bantuan kemanusiaan ke Suriah. Bantuan berupa makanan, obat-obatan dan kebutuhan yang lain diharapakan mampu mengurangi penderitaan rakyat Suriah akibat gejolak politik (political unrest) yang tak kunjung berakhir di Suriah.
Gejolak politik yang telah berjalan tiga tahun di Suriah telah membuat rakyat Suriah berada di titik yang mengkhawatirkan. Pertempuran sengit antara pihak rejim Assad dan pemberontak di beberapa kota seperti Aleppo, Damaskus dan Homs menyisakan penderitaan panjang bagi rakyat Suriah. Hal ini terjadi karena pasokan bantuan internasional tidak mampu menembus daerah-daerah konflik sehingga sebagaian rakyat Suriah harus bertahan dengan memakan rumput dan menggunakan obat-obatan yang sudah kadaluarsa. Untuk itu, resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB terkait bantuan kemanusiaan di Suriah harus betul-betul dihormati oleh pihak-pihak yang bertikai yakni rejim Assad dan pemberontak agar bantuan kemanusiaan PBB bisa berjalan baik dan tepat sasaran.
Salah satu bentuk penghormatan terhadap resolusi bantuan kemanusiaan PBB adalah pihak rejim Assad dan pemberontak harus membuat gencatan senjata (cease-fire) secara konsisten demi suksesnya bantuan kemanusiaan. Hal ini mengacu kepada kedua belah beberpa kali sepakat untuk gencatan senjata tetapi kemudian dilanggar oleh salah satu di antara keduanya sehingga konflik terus terjadi sehingga menyulitkan masuknya bantuan kemanusiaan.
Konferensi Jenewa III
Salah satu penyebab kegagalan perundingan damai antara pihak Assad dan pemberontak adalah tidak adanya kesepakatan terkait skala prioritas perundingan. Pihak Assad meminta penghentian aksi teror dan kerusuhan menjadi agenda pembicaraan utama dalam perundingan, sementara di pihak pemberontak meminta pembahasan pemerintahan transisi tanpa kehadiran Assad didahulukan. Perbedaan pandangan ini mengakibatkan kedua belah pihak saling mengecam antara satu dengan yang lainnya.
Meskipun kedua belah pihak, rejim Assad dan pemberontak, berbeda pendapat terkait skala prioritas pembicaraan, tetapi kedua belah telah sepakat untuk hadir dalam pembicaraan damai berikutnya (Konferensi Jenewa III) yang rencananya akan dilaksanakan bulan depan. Rencana pelaksanaan Konferensi Jenewa III ini akan menjadi momentum bagi penyelesaian krisis politik di Suriah yang tidak hanya menyebabkan penderitaan, tetapi juga telah menelan banyak korban jiwa.
Penyelenggaraan Konferensi Jenewa III bulan depan diharapkan ada perubahan sikap dari pihak Assad dan pemberontak terkait agenda utama pembicaraan perundingan. Pembahasan pertama terkait penghentian terorisme atau kerusuhan di domestik Suriah menjadi agenda utama atau pembahasan pemerintahan transisi didahulukan harus bisa dicari titik tengahnya. Jika hal ini belum bisa dipecahkan dan kedua belah pihak tetap mempertahankan argumentasi masing-masing maka konferensi bulan depan hanya akan sia-sia.
Berpijak dari paparan di atas, maka resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB terkait dengan bantuan kemanusiaan di Suriah hanyalah merupakan solusi yang bersifat temporer. Sementara solusi konkret terkait penyelesaian krisis Suriah adalah kesuksesan Konferensi Jenewa III antara rejim Assad dan pemberontak yang hasilnya bisa kita lihat bersama bulan depan. Wallahu A’lam.

[1] Dosen Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Penulis buku Isu dan Realita Konflik Kawasan (2010).