Welcome to the Enlightening Idea

The very powerful word combining of media makes it very overwhelming to change of the world

Senin, 27 Januari 2014

Ganjalan Konferensi Jenewa II
                                                Oleh : Fatkurrohman, S.IP,M.Si[1]

Perhelatan konferensi internasional terkait penyelesaian krisis di Suriah akan dilaksanakan pada tanggl 22 Januari 2014 di Jenewa, Swiss. Konferensi yang digagas oleh AS dan Rusia ini bertujuan untuk mengakhiri perang sipil di Suriah yang tak kunjung usai. Sejak tahun 2011, perang sipil di Suriah telah menewaskan 115 ribu orang, 6,5 juta orang kehilangan tempat tinggal dan 2 juta orang lainnya menjadi pengungsi di luar negeri.
Banyaknya korban tewas akibat perang sipil di Suriah membuat dunia internasional sangat prihatin. Salah satu bentuk keprihatinan tersebut bisa kita lihat dari upaya AS dan Rusia yang akan menggelar konferensi Jenewa akhir bulan ini yang juga disebut sebagai konferensi Jenewa II. Konferensi ini merupakan konferensi lanjutan dari konferensi Jenewa I yang telah diselenggarakan pada tanggal 30 Juni 2012.
Konferensi Jenewa merupakan solusi politik dengan mengajak para pihak yang sedang bertikai yakni pemerintahan Bashar al-Assad dengan pihak oposisi untuk duduk bersama dalam  menyelesaikan krisis Suriah. Salah satu point penting yang ditawarkan dalam konferensi Jenewa kali ini adalah untuk mengimplementasikan dokumen konferensi Jenewa I terkait perlunya pemerintahan transisi yang terdiri dari anggota dari pemerintahan Assad dan oposisi.
Untuk itu, para pihak yang concern terhadap krisis di Suriah khususnya “Sahabat Suriah” (Friends of Syria) mendesak pihak-pihak yang berkonflik untuk bisa hadir dalam konferensi Jenewa II. Negara-negara yang tergabung dalam “Sahabat Suriah” seperti Inggris, Mesir, Perancis, Jerman, Yordania, Itali, Qatar, Arab Saudi, Turki, Uni Emirat Arab dan AS memiliki harapan besar agar perang saudara di Suriah bisa diakhiri dan pemerintahan transisi bisa terwujud.
Harapan besar dari “Sahabat Suriah” terkait kesuksesan pelaksanaan konferensi Jenewa II nampaknya akan menghadapi sedikit jalan terjal. Hal ini karena pihak opisisi yang berjumlah kurang lebih 14 kelompok sekarang sedang terpecah-belah dalam merespon pelaksanaan konferensi Jenewa II. Hal ini bisa kita lihat dari ancaman dari Dewan Nasional Suriah yang akan mundur dari Koalisi Nasional jika Koalisi Nasional yang merupakan blok utama oposisi di Suriah ikut bergabung dalam konferensi Jenewa II. Munculnya friksi-friksi di pihak oposisi tentu akan menjadi ancaman besar bagi kesuksesan konferensi Jenewa II.
Ketidakhadiran Iran
Alotnya pelaksanaan konferensi Jenewa II yang semestinya dijadwalkan akhir tahun lalu terpaksa harus diundur pada tanggal 22 Januari 2014. Hal ini terjadi karena tidak bertemunya keinginan dua belah pihak yakni rejim Assad dan oposisi. Rejim Assad sejak awal ingin mempertahankan kekuasaannya sementara di sisi yang lain, pihak oposisi meminta Assad untuk turun tahta.
Relasi konfliktual antara rejim Assad dengan oposisi ini telah memicu berlarut-larutnya krisis politik yang terjadi di Suriah. Kondisi in semakin diperparah dengan tidak dimasukkannya Iran ke dalam 30 negara yang harus hadir dalam konferensi kali ini. Hal ini sebetulnya sangat disayangkan karena posisi Iran sangat strategis dalam penyelesaian krisis Suriah. Kedekatan Iran dan rejim Assad menjadi salah satu hal yang penting dalam mencairkan ketegangan antara pihak oposisi dengan pemerintahan Assad.
Tetapi, di sisi yang lain, pihak Barat khususnya AS sangat keberatan menerima kehadiran Iran di konferensi Jenewa II. Keberatan AS itu muncul karena Iran tidak termasuk kelompok inti dalam perundingan konferensi Jenewa I. Selain itu, AS juga mengkhawatirkan munculnya sikap Iran yang akan mendukung Suriah dalam hal menolak skema pemerintahan transisi jika Iran diundang dalam konferensi Jenewa II. Kekhawatiran AS ini bisa dipahami jika merujuk kepada kedekatan Iran dan Suriah dalam hal menjaga eksistensi Assad dari ancaman oposisi.
Berpijak dari analisa di atas, maka ketidakhadiran Iran di konferensi Jenewa II dan munculnya perpecahan di pihak oposisi akan menjadi ganjalan bagi terciptanya solusi politik di Suriah. Tentu hal ini sangat disayangkan karena akan membawa Suriah masuk ke dalam kubangan konflik yang berkepanjangan. Wallahu A’lam.

[1] Dosen Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Penulis Buku “Isu dan Realita Konflik Kawasan (2010)”.