Welcome to the Enlightening Idea

The very powerful word combining of media makes it very overwhelming to change of the world

Selasa, 24 Desember 2013

Menanti Peran Indonesia di Suriah
Oleh : Fatkurrohman, S.IP.M.Si[1]

Gejolak politik (political unrest) yang sedang melanda Suriah telah menghantam semua lini kehidupan. Gejolak politik yang terjadi sejak tahun 2011 tersebut tidak hanya mengakibatkan 115 ribu korban tewas, tetapi juga memunculkan krisis kemanusiaan yang akut. Menurut data yang dirilis oleh UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) ada sekitar 2 juta jiwa pengungsi Suriah yang tersebar di negara-negara perbatasan Suriah. Selain itu, juga ada kurang lebih 6.5 juta jiwa yang kehilangan tempat tinggal di dalam negeri Suriah.
Pemerintah Indonesia sebagai bagian dari komunitas dunia internasional setidak-tidaknya memiliki tanggung jawab moral (moral responsibility) untuk membantu mengurangi penderitaan rakyat Suriah. Dalam konteks ini, Indonesia bisa melakukan dua hal utama. Pertama adalah penyelesaian krisis Suriah secara politik melalui kelembagaan OKI (Organisasi Kerjasama Islam) dan yang kedua adalah bantuan kemanusiaan (humanitarian aid).
Solusi Politik
Indonesia sebagai salah satu anggota OKI bisa mendorong OKI secara institusional untuk ikut serta dalam menyelesaikan krisis Suriah. Penyelesaian secara politik dianggap sebagai langkah yang tepat dalam menjembatani relasi konfliktual antara pemerintahan Bashar al-Assad dan pihak pemberontak yang telah berjalan hampir 2 tahun. Dalam hal ini, Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk mendorong OKI dalam menyelesaikan krisis Suriah mengingat Indonesia sebagai satu-satunya anggota OKI yang memiliki jumlah muslim terbanyak daripada anggota OKI yang lain.
Posisi strategis Indonesia dalam keanggotaan OKI juga mendapatkan dukungan dari beragam negara khususnya Rusia. Dalam sela-sela pertemuan APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation) yang digelar di Bali pada tanggal 5-7 Oktober 2013, Presiden Rusia Vladimir Putin secara tegas mengajak Indonesia untuk ikut serta dalam menyelesaikan krisis Suriah. Dukungan Putin ini harus bisa ditangkap oleh pemerintah Indonesia sebagai sebuah kesempatan untuk ikut serta dalam menciptakan perdamaian dan keamanan internasional (international peace and security) seperti yang termaktub dalam Piagam OKI.
Peluang OKI untuk ikut serta dalam menyelesaikan krisis Suriah bisa dikatakan sangat besar. Hal ini mengingat Konferensi Jenewa II yang merupakan kelanjutan dari Konferensi Jenewa I yang digagas oleh AS dan Rusia mengalami jalan buntu (deadlock). Konfernsi Jenewa II yang semula dijadwalkan akan berlangsung pada tanggal 23-24 November 2013 terpaksa harus diundur pada tanggal 22 Januari 2014 karena tidak ada kesepahaman antara rejim Assad dengan pihak pemberontak.
Sulitnya Liga Arab dalam merangkul pemerintahan Assad dan pihak pemberontak harus menjadi titik masuk (entry point) bagi OKI untuk memberikan kontribusi positif bagi rekonsiliasi politik antara dua pihak yang sedang bertikai di Suriah. Posisi Indonesia sebagai powerhouse dalam OKI tentu merupakan point penting yang sangat sayang jika tidak diimplementasikan secara nyata.
Bantuan Kemanusiaan
Krisis politik (political crisis) yang tidak kunjung usai di Suriah membuat penderitaan yang sangat luar biasa bagi rakyat Suriah baik yang ada di kamp-kamp pengungsian maupun yang berada di Suriah. Selain menghadapi sulitnya mendapatkan bahan makanan pokok, rakyat Suriah juga harus berjuang menghadapi ganasnya badai musim dingin (badai Alexa) yang menerpa kawasan Timur Tengah akhir-akhir ini. Kondisi yang sangat memprihatinkan yang sedang dialami oleh rakyat Suriah mengetuk tanggung jawab moral setiap negara untuk segera memberikan bantuan kemanusiaan.
Indonesia sebagai sebuah bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan memiliki kesempatan yang sangat besar untuk mengulurkan bantuan kemanusiaannya ke Suriah. Tetapi, sampai saat ini pemerintah Indonesia belum mengirimkan bantuan kemanusiaan yang berarti ke Suriah. Bantuan-bantuan kemanusiaan hanya datang dari masyarakat Indonesia. Jika Indonesia begitu sangat cepat mengirimkan bantuan ke korban badai Haiyan Filipina mestinya hal yang sama juga harus dilakukan terhadap rakyat Suriah.
Berpijak dari paparan di atas, maka bisa disimpulkan bahwa pemerintah Indonesia memiliki kesempatan yang sangat besar untuk memberikan kontribusi positif baik secara politik maupun kemanusiaan dalam krisis Suriah. Peran tersebut tidak hanya dinanti-nantikan oleh rakyat Suriah, tetapi juga oleh dunia internasional. Wallahu A’lam.

[1] Dosen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta