Menanti Peran Indonesia di Suriah
Oleh : Fatkurrohman, S.IP.M.Si[1]
Gejolak
politik (political unrest) yang
sedang melanda Suriah telah menghantam semua lini kehidupan. Gejolak politik yang
terjadi sejak tahun 2011 tersebut tidak hanya mengakibatkan 115 ribu korban
tewas, tetapi juga memunculkan krisis kemanusiaan yang akut. Menurut data yang
dirilis oleh UNHCR (United Nations High
Commissioner for Refugees) ada sekitar 2 juta jiwa pengungsi Suriah yang
tersebar di negara-negara perbatasan Suriah. Selain itu, juga ada kurang lebih
6.5 juta jiwa yang kehilangan tempat tinggal di dalam negeri Suriah.
Pemerintah
Indonesia sebagai bagian dari komunitas dunia internasional setidak-tidaknya
memiliki tanggung jawab moral (moral
responsibility) untuk membantu mengurangi penderitaan rakyat Suriah. Dalam
konteks ini, Indonesia bisa melakukan dua hal utama. Pertama adalah
penyelesaian krisis Suriah secara politik melalui kelembagaan OKI (Organisasi
Kerjasama Islam) dan yang kedua adalah bantuan kemanusiaan (humanitarian aid).
Solusi Politik
Indonesia
sebagai salah satu anggota OKI bisa mendorong OKI secara institusional untuk
ikut serta dalam menyelesaikan krisis Suriah. Penyelesaian secara politik
dianggap sebagai langkah yang tepat dalam menjembatani relasi konfliktual antara
pemerintahan Bashar al-Assad dan pihak pemberontak yang telah berjalan hampir 2
tahun. Dalam hal ini, Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk mendorong
OKI dalam menyelesaikan krisis Suriah mengingat Indonesia sebagai satu-satunya
anggota OKI yang memiliki jumlah muslim terbanyak daripada anggota OKI yang
lain.
Posisi
strategis Indonesia dalam keanggotaan OKI juga mendapatkan dukungan dari
beragam negara khususnya Rusia. Dalam sela-sela pertemuan APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation) yang
digelar di Bali pada tanggal 5-7 Oktober 2013, Presiden Rusia Vladimir Putin
secara tegas mengajak Indonesia untuk ikut serta dalam menyelesaikan krisis
Suriah. Dukungan Putin ini harus bisa ditangkap oleh pemerintah Indonesia
sebagai sebuah kesempatan untuk ikut serta dalam menciptakan perdamaian dan
keamanan internasional (international
peace and security) seperti yang termaktub dalam Piagam OKI.
Peluang
OKI untuk ikut serta dalam menyelesaikan krisis Suriah bisa dikatakan sangat
besar. Hal ini mengingat Konferensi Jenewa II yang merupakan kelanjutan dari
Konferensi Jenewa I yang digagas oleh AS dan Rusia mengalami jalan buntu (deadlock). Konfernsi Jenewa II yang
semula dijadwalkan akan berlangsung pada tanggal 23-24 November 2013 terpaksa
harus diundur pada tanggal 22 Januari 2014 karena tidak ada kesepahaman antara
rejim Assad dengan pihak pemberontak.
Sulitnya
Liga Arab dalam merangkul pemerintahan Assad dan pihak pemberontak harus
menjadi titik masuk (entry point)
bagi OKI untuk memberikan kontribusi positif bagi rekonsiliasi politik antara
dua pihak yang sedang bertikai di Suriah. Posisi Indonesia sebagai powerhouse dalam OKI tentu merupakan point penting yang sangat sayang jika
tidak diimplementasikan secara nyata.
Bantuan Kemanusiaan
Krisis
politik (political crisis) yang tidak
kunjung usai di Suriah membuat penderitaan yang sangat luar biasa bagi rakyat
Suriah baik yang ada di kamp-kamp pengungsian maupun yang berada di Suriah.
Selain menghadapi sulitnya mendapatkan bahan makanan pokok, rakyat Suriah juga
harus berjuang menghadapi ganasnya badai musim dingin (badai Alexa) yang
menerpa kawasan Timur Tengah akhir-akhir ini. Kondisi yang sangat
memprihatinkan yang sedang dialami oleh rakyat Suriah mengetuk tanggung jawab
moral setiap negara untuk segera memberikan bantuan kemanusiaan.
Indonesia
sebagai sebuah bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan memiliki
kesempatan yang sangat besar untuk mengulurkan bantuan kemanusiaannya ke
Suriah. Tetapi, sampai saat ini pemerintah Indonesia belum mengirimkan bantuan
kemanusiaan yang berarti ke Suriah. Bantuan-bantuan kemanusiaan hanya datang
dari masyarakat Indonesia. Jika Indonesia begitu sangat cepat mengirimkan
bantuan ke korban badai Haiyan Filipina mestinya hal yang sama juga harus
dilakukan terhadap rakyat Suriah.
Berpijak
dari paparan di atas, maka bisa disimpulkan bahwa pemerintah Indonesia memiliki
kesempatan yang sangat besar untuk memberikan kontribusi positif baik secara
politik maupun kemanusiaan dalam krisis Suriah. Peran tersebut tidak hanya
dinanti-nantikan oleh rakyat Suriah, tetapi juga oleh dunia internasional. Wallahu A’lam.