Tantangan OPCW di Suriah
Oleh
: Fatkurrohman, S.IP,M.Si[1]
Tim OPCW (Organisation
For The Prohibition of Chemical Weapons) dan PBB telah memeriksa 11 dari 20
lokasi penyimpanan senjata kimia yang ditunjukkan oleh pemerintahan Bashar
al-Assad. Tim yang terdiri dari 60 pakar ini telah melakukan inspeksi ke
tempat-tempat penyimpanan senjata kimia pemerintah Suriah sejak 6 Oktober lalu.
Inspeksi ini merupakan mandat untuk melaksanakan resolusi DK (Dewan Keamanan)
PBB sebagai salah satu upaya untuk mencegah intervensi militer atas penggunaan
senjata kimia di Ghouta, Damaskus yang menewaskan 1.400 orang.
Banyaknya korban tewas di Ghouta yang disinyalir
akibat penggunaan gas sarin mendorong pihak PBB untuk melakukan penyelidikan
lebih lanjut. Kemudian pihak PBB membentuk tim khusus yang diketuai oleh Ake
Sellstrom untuk melakukan investigasi di Ghouta. Dalam laporannya, Sellstrom
mengungkapkan bahwa telah terjadi penggunaan gas sarin di Ghouta. Investigasi
ini hanya melakukan penyelidikan atas penggunaan senjata kimia dan tidak
melakukan investigasi siapa aktornya apakah dari pihak pemberontak atau rejim
Assad.
Terkait penggunaan senjata kimia di Ghouta pada
tanggal 21 Agustus, Suriah menuding bahwa pihak pemberontak dibalik penggunaan
senjata kimia tersebut. Tetapi, di pihak yang lain, pihak pemberontak
mengatakan bahwa pihak rejim Assad merupakan pelaku penggunaan gas sarin karena
pemerintah Assad memilki banyak gudang-gudang penyimpanan senjata kimia. Untuk
merespon hal tersebut, maka AS dan Rusia melakukan pertemuan selama tiga hari
di Jenewa yang hasilnya adalah pentingnya pemusnahan kepemilikan senjata kimia
Suriah.
Sebagai implementasi dari hasil pertemuan di Jenewa,
maka Suriah melakukan aplikasi ke OPCW sebagai anggota ke-190 dan menerima
secara terbuka tim OPCW dan PBB untuk menghancurkan senjata kimianya. Menurut
tenggat waktu yang diberikan oleh PBB, peralatan produksi senjata kimia Suriah
harus sudah dihancurkan sampai dengan 1 November 2013 dan cadangan (stockpiles) senjata kimia harus
dimusnahkan maksimal pertengahan 2014. Sampai saat ini, tim OPCW dan PBB
setidak-tidaknya telah menyelesaikan 50% dari kerjanya dalam menginspeksi dan
menghancurkan senjata kimia Suriah.
Untuk melakukan inspeksi dan penghancuran senjata kimia
Suriah bukanlah sesuatu yang mudah bagi OPCW dan PBB. Hal ini terkait dengan
munculnya serangan mortir dari pihak-pihak tertentu yang menyasar hotel tempat
menginap para anggota tim inspektur tersebut. Tidak hanya itu, tim ini juga
mengalami kesulitan untuk masuk ke lokasi-lokasi tempat penyimpanan senjata
kimia Suriah seiring masih terjadinya pertempuran antara pasukan pemerintah
Suriah dengan pemberontak.
Untuk itu, tim inspektur senjata kimia mendesak
pihak-pihak yang sedang berkonflik untuk segera melakukan gencatan senjata
jangka pendek. Hal ini dimaksudkan agar misi penghancuran senjata kimia Suriah
bisa berjalan sesuai dengan batas waktu terakhir (deadline) yang telah ditentukan. Di sisi yang lain, sebetulnya
pihak rejim Assad telah menyerukan gencatan senjata ke pihak pemberontak,
tetapi hal itu tidak mendapatkan respon positif dari pemberontak.
Situasi yang masih konfliktual khususya di jalur-jalur
menuju lokasi-lokasi penyimpanan senjata kimia Suriah mengakibatkan tim
inspektur senjata kimia harus ekstra hati-hati. Hal ini karena kondisi yang
masih memanas tersebut bisa mengancam keselamatan jiwanya. Kondisi ini tentu
menjadi tantangan tersendiri bagi tim inspektur untuk menyelesaikan misinya
secara baik.
Untuk itu, pihak inspektur senjata kimia Suriah harus
mampu mengatasi rintangan-rintangan yang ada karena hal ini akan mempertaruhkan
kredibilitas OPCW sebagai salah satu dari bagian tim inspektur senjata kimia di
mata dunia internasional. Perolehan penghargaan Nobel Perdamaian 2013 yang
telah diterima OPCW harus bisa menjadi motivasi bagi OPCW untuk bisa bekerja
secara optimal. Pemilihan OPCW sebagai pemenenag Nobel Perdamaian karena OPCW
dianggap berjasa dalam mengurangi dan menghapus senjata kimia di seluruh dunia.
Berpijak dari analisa di atas, bisa kita simpulkan
bahwa misi untuk menghancurkan senjata kimia Suriah yang dilakukan oleh tim
inspektur bukan masalah yang mudah. Tetapi, kemenangan atas Nobel Perdamaian
yang diterima oleh OPCW diharapkan mampu mengatasi tantangan yang dihadapi
sehingga misi ini bisa berjalan secara optimal.Wallahu A’lam.