Welcome to the Enlightening Idea

The very powerful word combining of media makes it very overwhelming to change of the world

Jumat, 29 November 2013

Tantangan OPCW di Suriah 
                                               Oleh : Fatkurrohman, S.IP,M.Si[1]      

Tim OPCW (Organisation For The Prohibition of Chemical Weapons) dan PBB telah memeriksa 11 dari 20 lokasi penyimpanan senjata kimia yang ditunjukkan oleh pemerintahan Bashar al-Assad. Tim yang terdiri dari 60 pakar ini telah melakukan inspeksi ke tempat-tempat penyimpanan senjata kimia pemerintah Suriah sejak 6 Oktober lalu. Inspeksi ini merupakan mandat untuk melaksanakan resolusi DK (Dewan Keamanan) PBB sebagai salah satu upaya untuk mencegah intervensi militer atas penggunaan senjata kimia di Ghouta, Damaskus yang menewaskan 1.400 orang.
Banyaknya korban tewas di Ghouta yang disinyalir akibat penggunaan gas sarin mendorong pihak PBB untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut. Kemudian pihak PBB membentuk tim khusus yang diketuai oleh Ake Sellstrom untuk melakukan investigasi di Ghouta. Dalam laporannya, Sellstrom mengungkapkan bahwa telah terjadi penggunaan gas sarin di Ghouta. Investigasi ini hanya melakukan penyelidikan atas penggunaan senjata kimia dan tidak melakukan investigasi siapa aktornya apakah dari pihak pemberontak atau rejim Assad.
Terkait penggunaan senjata kimia di Ghouta pada tanggal 21 Agustus, Suriah menuding bahwa pihak pemberontak dibalik penggunaan senjata kimia tersebut. Tetapi, di pihak yang lain, pihak pemberontak mengatakan bahwa pihak rejim Assad merupakan pelaku penggunaan gas sarin karena pemerintah Assad memilki banyak gudang-gudang penyimpanan senjata kimia. Untuk merespon hal tersebut, maka AS dan Rusia melakukan pertemuan selama tiga hari di Jenewa yang hasilnya adalah pentingnya pemusnahan kepemilikan senjata kimia Suriah.
Sebagai implementasi dari hasil pertemuan di Jenewa, maka Suriah melakukan aplikasi ke OPCW sebagai anggota ke-190 dan menerima secara terbuka tim OPCW dan PBB untuk menghancurkan senjata kimianya. Menurut tenggat waktu yang diberikan oleh PBB, peralatan produksi senjata kimia Suriah harus sudah dihancurkan sampai dengan 1 November 2013 dan cadangan (stockpiles) senjata kimia harus dimusnahkan maksimal pertengahan 2014. Sampai saat ini, tim OPCW dan PBB setidak-tidaknya telah menyelesaikan 50% dari kerjanya dalam menginspeksi dan menghancurkan senjata kimia Suriah.
Untuk melakukan inspeksi dan penghancuran senjata kimia Suriah bukanlah sesuatu yang mudah bagi OPCW dan PBB. Hal ini terkait dengan munculnya serangan mortir dari pihak-pihak tertentu yang menyasar hotel tempat menginap para anggota tim inspektur tersebut. Tidak hanya itu, tim ini juga mengalami kesulitan untuk masuk ke lokasi-lokasi tempat penyimpanan senjata kimia Suriah seiring masih terjadinya pertempuran antara pasukan pemerintah Suriah dengan pemberontak.
Untuk itu, tim inspektur senjata kimia mendesak pihak-pihak yang sedang berkonflik untuk segera melakukan gencatan senjata jangka pendek. Hal ini dimaksudkan agar misi penghancuran senjata kimia Suriah bisa berjalan sesuai dengan batas waktu terakhir (deadline) yang telah ditentukan. Di sisi yang lain, sebetulnya pihak rejim Assad telah menyerukan gencatan senjata ke pihak pemberontak, tetapi hal itu tidak mendapatkan respon positif dari pemberontak.
Situasi yang masih konfliktual khususya di jalur-jalur menuju lokasi-lokasi penyimpanan senjata kimia Suriah mengakibatkan tim inspektur senjata kimia harus ekstra hati-hati. Hal ini karena kondisi yang masih memanas tersebut bisa mengancam keselamatan jiwanya. Kondisi ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi tim inspektur untuk menyelesaikan misinya secara baik.
Untuk itu, pihak inspektur senjata kimia Suriah harus mampu mengatasi rintangan-rintangan yang ada karena hal ini akan mempertaruhkan kredibilitas OPCW sebagai salah satu dari bagian tim inspektur senjata kimia di mata dunia internasional. Perolehan penghargaan Nobel Perdamaian 2013 yang telah diterima OPCW harus bisa menjadi motivasi bagi OPCW untuk bisa bekerja secara optimal. Pemilihan OPCW sebagai pemenenag Nobel Perdamaian karena OPCW dianggap berjasa dalam mengurangi dan menghapus senjata kimia di seluruh dunia.
Berpijak dari analisa di atas, bisa kita simpulkan bahwa misi untuk menghancurkan senjata kimia Suriah yang dilakukan oleh tim inspektur bukan masalah yang mudah. Tetapi, kemenangan atas Nobel Perdamaian yang diterima oleh OPCW diharapkan mampu mengatasi tantangan yang dihadapi sehingga misi ini bisa berjalan secara optimal.Wallahu A’lam.


[1] Dosen Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.