Welcome to the Enlightening Idea

The very powerful word combining of media makes it very overwhelming to change of the world

Minggu, 04 Agustus 2013

Mesir Pasca Mursi
Oleh: Fatkurrohman, S.IP,M.Si[1]

Bentrokan berdarah yang melibatkan pendukung dan penentang Mursi pasca lengsernya Mursi dari kursi kepresidenenan Mesir masih berlanjut hingga saat ini. Korban tewas akibat bentrokan tersebut telah mencapai 260 orang dan 4,500 orang mengalami luka-luka. Bentrokan ini dipicu oleh ketidakpuasan pendukung Mursi (Ikhwanul Muslimin) atas (kudeta) yang dilakukan oleh pihak militer terhadap Mursi pada tanggal 3 Juli lalu.
Pihak militer Mesir terpaksa menggulingkan Mursi dan menggantinya dengan Adly Mansour sebagai presiden interim karena derasnya desakan sebagian besar masyarakat Mesir yang menginginkan Mursi mundur. Dalam konteks ini, Mursi dianggap telah melakukan ikhwanisasi Mesir yakni dengan menempatkan tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin di lembaga-lembaga negara. Selain itu, Mursi juga dianggap gagal dalam memperbaiki ekonomi Mesir pasca lengsernya Hosni Mubarak dua tahun lalu.
Dua hal tersebut setidak-tidaknya menjadi pemicu utama kemarahan jutaan rakyat Mesir terhadap Mursi yang kemudian membuat mereka melakukan demonstrasi secara massif di Lapangan Tharir (Tahrir Square). Demonstrasi yang berjalan berhari-hari ini kemudian menimbulkan stabilitas keamanan Mesir menjadi terganggu sehingga membuat pihak militer mengambil alih kendali pemerintahan Mesir.
Pasca tergulingnya Mursi dari tampuk kepemimpinan Mesir tidak menjadikan masalah politik dan kemanan Mesir selesai. Hal ini justru menjadi babak baru terjadinya kerusuhan karena para pendukung Mursi tidak terima dengan (kudeta) yang dilakukan oleh militer. Gelombang demonstrasi yang dilakukan oleh pendukung Mursi baik yang terjadi di Kompleks Garda Republik maupun dekat Masjid Rabiah Adawiyah telah mengakibatkan ratusan korban jiwa dan ribuan mengalami luka-luka.
Gelombang demonstrasi Ikhwanul Muslimin ini menginginkan Mursi dikembalikan ke posisi semula sebagai presiden Mesir karena apa yang dilakukan oleh pihak militer dianggal illegal. Bahkan secara ekstrim, pihak Ikhwanul Muslimin tidak akan menghentikan demonstrasinya sebelum keinginan mereka terkabul. Hal ini mengakibatkan ratusan korban berjatuhan dari pihak Ikhwanul Muslimin karena militer tidak segan-segan menembak mati para demontran yang dianggap sebagai aktor “kekerasan dan terorisme”.
Penangkapan
Pihak Kejaksaan Agung Mesir telah memberikan perintah penangkapan terhadap pemimpin tertinggi Ikhwanul Muslimin,Muhammad Badie, karena dianggap memicu terjadinya kekerasan pasca tergulingnya Mursi. Tidak hanya Badie yang ditangkap, tetapi juga ada sekitar 300 anggota Ikhwanul Muslimin yang mengalami hal yang sama. Hal ini semakin memicu ketegangan antara pihak Ikhwanul Muslimin dengan pemerintahan sementara Mesir saat ini.
Penangkapan terhadap tokoh dan simpatisan Ikhwanul Muslimin sangat disesalkan oleh Sekjen PBB dan AS karena bisa mengganggu jalannya upaya damai dalam penyelesaian krisis politik di Mesir pasca Mursi. Kekhawatiran Sekjen PBB dan AS terbukti ketika pihak Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP) yang merupakan sayap politik Ikhwanul Muslimin menolak tawaran yang diberikan oleh PM interim Hazem al-Beblawi untuk masuk dalam kabinetnya.
Penolakan secara tegas Ikhwanul Muslimin terhadap tawaran pemerintahan sementara Mesir untuk masuk kabinet jelas menggambarkan bahwa pihak Ikhwanul Muslimin tidak mau berkompromi dengan pemerintahan Mesir saat ini. Hal ini karena Ikhwanul Muslimin menganggap bahwa pemerintahan sementara bentukan militer tersebut telah mendelegitimasi kekuasaan Mursi yang terpilih secara demokratis.

Masa Depan Mesir
Kerusuhan yang tidak kunjung berakhir di Mesir akan menghadapkan Mesir dalam dua situasi yakni seperti Aljazair atau Suriah. Di mana dua negara tersebut mengalami perang saudara yang akut sehingga mengakibatkan ratusan orang tewas. Untuk itu, pihak-pihak yang concern terhadap krisis politik yang sedang melanda Mesir seperti AS, PBB, Uni Eropa, Jerman dan Qatar meminta pemerintahan sementara Mesir untuk segera membebaskan Mursi. Tetapi, hal tersebut tidak dihiraukan oleh Jenderal Abdel Fattah al-Sisi. Bahkan Sisi menyerukan aksi massa tandingan dalam menangani demonstrasi yang dilakukan oleh Ikhwanul Muslimin.
Jika bentrokan-bentrokan terus berlanjut dan tidak ada political will antara kedua belah pihak maka Mesir akan menjadi negara ketiga yang akan mewarisi sejarah Aljazar dan Suriah yang terseok-seok dalam menentukan arah negaranya. Untuk itu, semua pihak harus menahan diri demi terciptanya Mesir yang lebih baik di masa mendatang.

[1] Dosen Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM).