Menanti Kejutan Pilpres Iran
Oleh: Fatkurrohman, S.IP,M.Si[1]
Tanggal
14 Juni mendatang merupakan tanggal yang sangat penting bagi masyarakat Iran. Pada
tanggal itu seluruh masayarakat Iran yang memiliki hak pilih akan datang ke
bilik-bilik suara untuk memilih presiden pengganti Ahmadinejad.
Setidak-tidaknya ada delapan calon presiden yang telah disetujui oleh Dewan
Garda (Guardian Council) yang akan melaju
menjadi presiden Iran ke-7 pasca Revolusi Islam Iran 1979.
Kedelapan
kandidat presiden Iran tersebut adalah Ali Akbar Velayati, Gholam Ali
Haddad-Adel, Mohammad Baqer Qalibaf, Saeed Jalili, Mohammad Reza Aref, Hassan
Rohani, Mohammad Gharazi dan Mohsen Rezaei. Pertarungan para kandidat presiden
dalam pilpres Iran kali ini diprediksikan akan sangat ketat karena menghadapkan
tokoh-tokoh ternama dalam landscape
politik Iran. Lihat saja misalnya Velayati adalah mantan menteri luar negeri
sekaligus penasehat Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Adel merupakan anggota
parlemen dan Qalibaf adalah walikota Teheran.
Berikutnya
adalah Jalili merupakan Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional, Aref
merupakan mantan wakil presiden dan Rohani adalah mantan Sekretaris Dewan
Tinggi Keamanan Nasional, Gharazi adalah mantan menteri Telekomunikasi dan
Rezaei merupakan mantan Sekretaris Dewan Kebijaksanaan. Jika kita sketsakan
lebih jauh, setidak-tidaknya dalam perterungan politik kali ini akan
menampilkan tiga kubu utama yakni konservatif, reformis dan independen.
Kubu
konservatif diwakili oleh Velayati, Adel, Qalibaf dan Jalili. Sementara itu,
kubu reformis menghadirkan Aref dan Rohani. Kubu independen diwakili oleh
Gharazi dan Rezaei. Ketiga kubu tersebut memiliki kekhasan masing-masing, misalnya
konservatif dikenal dengan anti-dialog dengan Barat, reformis menampilkan
keterbukaan terhadap Barat dan independen berada di titik netral.
Konservatif Vs Reformis
Pertarungan
dua kubu antara konservatif dan reformis menjadi sebuah pertarungan klasik
dalam kontestasi politik Iran khususnya di tingkat pilpres. Setidak-tidaknya
dalam dua kali pilpres yang terkahir, kubu konservatif yang diwakili oleh
Ahmadinejad mampu mengukuhkan kiprah politiknya atas reformis. Pada pemilu
tahun 2005, kubu reformis yang menjagokan Rafsanjani dikalahkan oleh
Ahmadinejad dan pada pemilu 2009, Mousavi dan Karroubi yang juga dari reformis
terpaksa harus mengubur mimpinya menjadi presiden Iran karena kalah suara
dengan Ahmadinejad.
Peta
persaingan kandidat presiden yang menghadapkan wakil dari konservatif dan
reformis dalam pertarungan pilpres kali ini sangat jelas. Kubu konservatif akan
menjaga jarak dengan pihak Barat dan fokus pada penataan ekonomi sesuai dengan
cita-cita Revolusi Islam Iran pasca sanksi DK PBB, sementara kubu reformis
sangat akomodatif dengan Barat dan melakukan penataan ekonomi liberal.
Kubu
reformis mulai menampakkan kejayaan dalam panggung politik Iran ketika dua
wakilnya mampu duduk di kursi kepresidenan Iran masing-masing selama dua
periode pemerintahan yakni Rafsanjani (1989-1997) dan Khatami (1997-2005).
Kemudian pada pemilu-pemilu berikutnya kubu reformis yang merupakan kelompok
minoritas dalam kancah politik Iran mengalami keretakan internal sehingga
mengakibatkan mesin politik dan seleksi kandidat calon presiden tidak optimal.
Kejutan Pilpres
Pilpres
Iran sejatinya tidak bertumpu pada partai politik dan ideologi tertentu. Pesta
demokrasi empat tahunan dalam rangka memilih presiden Iran lebih didasarkan
kepada keinginan rakyat. Rakyat yang akan menilai terkait kompetensi dan track record para kandidat presiden yang
bersaing. Secara umum rakyat Iran akan menjatuhkan pilihan politiknya kepada
kandidat yang memiliki kepemimpinan teruji, efektif dan kokoh dalam
menyelesaikan masalah domestik khususnya ekonomi dan mampu mensinergikan
program pembangunan dengan kemajuan teknologi.
Pertarungan
para kandidat calon presiden baik dari kubu konservatif, reformis maupun
independen dalam debat pertama tanggal 31 Mei 2013 yang mengusung masalah
ekonomi terkait dengan tingkat inflasi 30% dan jumlah pengangguran yang
mencapai 14% akibat sanksi dan embargo asing menjadi ajang penting dalam
menawarkan solusi-solusi kritis dalam memecahkan masalah-masalah tersebut.
Berangkat
dari uraian di atas, maka kejutan pilpres Iran kali ini akan muncul jika kubu
reformis maupun independen mampu menyakinkan rakyat Iran, tetap jika tidak maka
estafet kepemimpinan Iran ke depan akan jatuh ke tangan kubu konservatif. Wallahu Alam.