Welcome to the Enlightening Idea

The very powerful word combining of media makes it very overwhelming to change of the world

Sabtu, 24 November 2012



Agresi Israel
Oleh : Fatkurrohman, S.IP,M.Si[1]

Agresi Israel ke Jalur Gaza telah menewaskan 90 orang yang kebanyakan adalah warga sipil Gaza. Tidak hanya itu, Israel juga telah menewaskan kepala sayap militer Hamas,Ahmed Said Khalil al-Jabari, lewat serangan udara ketika mobil Jabari tengah melaju di jalanan Jalur Gaza. Dalam agresi kali ini, Israel selain melakukan serangan udara dan laut, Israel juga tengah menyiapkan operasi serangan darat yang diperkirakan akan melibatkan 75,000 tentara. Jumlah ini tujuh kali lebih besar jika dibandingkan dengan agresi Israel di pengujung tahun 2008.
Pada agresi empat tahun yang lalu, Israel telah menewaskan kurang lebih 1,400 warga Palestina. Dari jumlah korban tewas itu, diperkirakan sekitar 300 orang adalah anak-anak dan 90 orang adalah wanita. Jumlah korban tewas ini merupakan tragedi kemanusiaan yang angkanya melebihi jumlah korban tewas akibat kerusuhan politik (political unrest) baik yang terjadi di Libya maupun Suriah semenjak Arab Spring bergulir dua tahun yang lalu.
Dalam agresi kali ini, diperkirakan jumlah korban tewas di Gaza akan meningkat karena Israel enggan untuk menghentikan agresinya. Bahkan Israel telah menyiapkan serangan yang lebih mematikan terhadap Hamas demi mengamankan kepentinngan nasionalnya termasuk warga negaranya dari sasaran roket-roket Hamas. Setidak-tidaknya ada tiga warga negara Israel yang tewas akibat serangan Hamas.
Kemudian yang menjadi pertanyaannya adalah mengapa Israel di bawah kendali Netanyahu melakukan agresi di Jalur Gaza?. Pertanyaan ini sangat penting untuk kita diskusikan di tengah banyak pihak menginginkan keduanya bisa hidup berdampingan secara damai.
Agresi Israel ke Jalur Gaza telah menuai banyak kecaman dari kalangan aktivis perdamaian baik yang terjadi di AS, Perancis, Korea Selatan, maupun Indonesia. Tidak hanya itu, Mesir, Iran, Liga Arab, China, dan Rusia juga mengecam Israel atas agresinyaa yang telah menelan banyak korban sipil Gaza. Tetapi, Israel tetap bergeming atas banyaknya protes tersebut. Setidak-tidaknya ada dua hal penting yang bisa menjelaskan mengapa Israel tetap diam dan terus menjalankan agresinya ke Jalur Gaza.
Motif Politik
Keinginan Netanyahu untuk maju lagi dalam pemilihan perdana menteri tahun depan menjadi salah satu faktor utama mengapa Natanyahu melakukan agresi ke Gaza. Netanyahu ingin menunjukkan bahwa Israel di bawah kepemimpinannya tidak lemah terhadap Hamas. Selain itu, Netanyahu juga ingin membangun image bahwa Israel di bawah kendalinya mampu memberikan rasa aman bagi warga negaranya.
Sosok pemimpin yang kuat sekaligus tidak kenal kompromi terhadap Palestina adalah dambaan bagi masyarakat Israel. Fakta membuktikan bahwa terpilihnya Netanyahu menjadi perdana menteri Israel pada tahun 1996-1999 adalah akibat sikap pendahulunya yakni Yithak Rabin yang mau berdamai dengan Palestina dengan terbitnya Perjanjian Oslo. Terkait dengan kebijakan ini, membuat Rabin dibunuh oleh Yigal Amir seorang aktivis sayap kanan yang tidak setuju dengan kebijakan Rabin.
Kekecewaan publik Israel terkait kebijakan Rabin yang akomodatif dengan Palestina membuat sosok Netanyahu sebagai sebuah pilihan yang tepat. Hal itu dibuktikan Netanyahu dengan kebijakan Protokol Hebron-nya dan pembangunan pemukiman Har Homa yang terletak antara Yerusalem Timur dan Bethlehem.
Hal yang sama juga terjadi ketika Netanyahu terpilih menjadi perdana menteri tahun 2009 yang memanfaatkan kegagalan Olmert dalam agresinya ke Gaza di akhir tahun 2008 sampai dengan awal tahun 2009. Di pemilu parlemen yang rencannya akan di gelar 22 Januari 2013, Netanyahu dipastikan akan menang telak melawan Olmert yang rencananya akan maju menantang Netanyahu.
Dukungan Obama
Keberanian Netanyahu dalam melakukan agresi ke Gaza tidak bisa dilepaskan dari dukungan Obama yang diberikan ke Netanyahu melalui sambungan telpon menjelang agresi ke Gaza. Dukungan Obama ini bisa kita lacak dari gelontoran dana ratusan juta dolar AS dari dana-dana yang digalang oleh lobby Yahudi di AS dalam kampanye Obama pada tahun 2008 dan 2012. Selain itu juga, pengaruh AIPAC (American-Israel Public Affairs Committee) dan CPMJO (the Conference of Presidents of Major Jewish Organizations) begitu sangat kuat dalam men-drive langkah Obama.
Posisi dan Pengaruh lobby Yahudi sangat luar biasa dalam kontestasi politik domestik AS. Pengaruhnya tidak hanya di level Kongres dan Eksekutif, tetapi juga memanipulasi berita di media dan membangun think thank (WINEP) yang bertujuan menyukseskan agenda Israel dalam merebut tanah-tanah Palestina. Hal tersebut bisa kita lihat bahwa AS sering kali membuat kebijakan yang menyudutkan Palestina dan menganakemaskan Israel.
Kemenangan Obama pada pilpres AS yang digelar 6 November lalu tidak bisa dilepaskan dari jaringan lobby Yahudi. Hal ini tentu akan membuat hutang budi Obama ke Isarel agar mengikuti apa yang diinginkan oleh negara Yahudi tersebut. Politik hutang budi Obama ini akan membuat langkah politik AS khususnya kebijakan terkait dengan penyelesaian konflik Israrel-Palestina tidak akan pernah adil.
Ketidakadilan Obama dalam menyelesaikan konflik Israel-Palestina akan membuat jalan terjal bagi terjadinya proses perdamaian antar keduanya. Hal ini tentu akan menorehkan luka bagi negara-negara dunia internasional yang menginginkan Obama bisa meniru langkah yang pernah diambil Clinton dalam memediasi Israel dan Palestina dalam payung Perjanjian Oslo pada tahun 1993.
Berdasarkan analisa di atas, bisa kita simpulkan bahwa agresi Israel di Jalur Gaza tidak bisa dilepaskan dari keinginan Netanyahu untuk memenangkan pemilu parlemen tahun depan. Selain itu, dukungan kuat Obama seolah menjadi katalisator bagi Netanyahu untuk melakukan agresi meski dikecam banyak negara. Wallahu A’alam.

[1] Dosen Hubungan Internasional UGM Yogyakarta. Penulis buku “Pemanasan Global dan Lobang Ozon : Bencana Masa Depan (Media Wacana, 2009)".