Welcome to the Enlightening Idea

The very powerful word combining of media makes it very overwhelming to change of the world

Selasa, 21 September 2010

Obama; Saudi dan Krisis Global

Tensi politik dan keamanan di Timur Tengah ke depan diprediksi akan mengalami peningkatan yang sangat besar. Hal ini terkait dengan rencana Barack Obama (Presiden Amerika Serikat) yang akan menjual peralatan milter canggih senilai 60 miliar dolar Amerika Serikat atau setara dengan 540 triliun rupiah ke Arab Saudi yang merupakan jumlah terbesar dalam sejarah penjualan senjata AS ke Arab Saudi.
Peralatan-peralatan militer canggih itu meliputi 84 jet tempur F-15 baru, pemberdayaan 70 jet tempur F-15 lama, dan beragam jenis helikopter seperti 70 Apache, 72 Black Hawks, dan 36 Little Birds. Selain itu, pemerintah Obama juga menawarkan penjualan misil antiradar HARM, bom JDAM berpresisi tinggi, misil Hellfire, dan layar canggih yang terpasang pada helm pilot pesawat tempur.
Selain megaproyek penjualan senjata, pemerintah AS juga tengah menegosiasikan untuk meningkatkan kemampuan kekuatan Angkatan Laut Arab Saudi senilai 30 miliar dolar Amerika Serikat. Proyek ini tentunya dimaksudkan untuk melengkapi persenjataan Arab Saudi baik yang ada di Angkatan Udara maupun Angkatan Darat.
Kemudian yang menjadi pertanyaannya adalah mengapa Obama merencanakan penjualan senjata ke Arab Saudi?. Hal ini sangat menarik untuk kita diskusikan karena rencana penjualan senjata tersebut ternyata tidak hanya berdimensi pemicu stabilitas di Timur Tengah tetapi juga bisa menjadi strategi bagi Obama dalam mengangkat pertumbuhan ekonomi AS.
Hubungan Arab Saudi dengan AS bisa dikatakan telah berjalan hampir tujuh dekade. Romantisme hubungan dua negara beda wilayah tersebut pertama kali terjalin sejak ditemukannya ladang minyak di Saudi pada tahun 1933. AS pada saat itu diwakili oleh Standart Oil Company dari California yang kemudian pada tahun 1934 berubah nama menjadi Arabian Oil Company yang mendapatkan konsesi selama 60 tahun.
Selain masalah ladang minyak, pihak pemerintahan AS yang pada waktu itu dipegang oleh Roosevelt juga membangun pangkalan udara di Dhahran yang merupakan pangkalan militer yang terbesar dan terlengkap di Timur Tengah. Hal inilah yang kemudian membuat AS dan Saudi begitu menikmati hubungan simbiosis mutualismenya yang sangat sulit untuk dipisahkan.
Israel dan Iran
Faktor utama yang mendasari Obama merencanakan penjualan senjata-senajata canggih ke Saudi adalah faktor Iran. Pemerintahan Iran, di bawah kendali Ahmadinejad memiliki karakter yang sangat berbeda jika dibandingkan ketika Iran di bawah pemerintahan Khatami. Sosok Khatami dikenal sebagai figur dari kalangan ulama yang sangat moderat terhadap AS. Maka tidak mengherankan jika di era Khatami, hubungan AS dan Iran begitu sangat kuat.
Berbeda dengan Khatami, Ahmadinejad merupakan presiden non ulama yang sangat keras terhadap AS dan bahkan Israel. Ahmadinejad bahkan secara terang-terangan menentang AS dan menantang Obama untuk berdebat mengenai siapa yang paling bisa memberikan solusi bagi keamanan dunia.
Sikap Ahmadinejad tidak hanya keras terhadap AS, Ahamadinejad juga secara frontal menentang Israel atas agresinya ke Gaza, Palestina pada tahun 2008 dan bahkan secara terbuka ingin menghapus Israel dari peta dunia. Bahkan, presiden dua periode Iran tersebut memberikan warning ke Israel jika berani melakukan agresi ke Iran, maka itu sama halnya kehancuran bagi Israel.
Kuatnya aroma perseteruan Iran dan Israel serta kebandelan Iran terkait program nukirnya membuat Obama harus berpikir keras dalam menangkal kekuatan dan pengaruh Iran di Timur Tengah. Untuk merespon hal tersebut, maka Obama memilih Saudi sebagai mitra strategis untuk bersama-sama ‘menjinakkan’ Iran.
Saudi bagi Obama perlu mendapatkan suntikan senjata yang lebih kuat mengingat Iran saat ini tengah gencar mengembangkan senjata milternya khususnya kekuatan misil dan jet-jet tempur yang bisa membahayakan keamanan sekutu-sekutunya di Timur Tengah khususnya Saudi.
Penjualan senjata-senjata canggih AS ke Saudi bukannya tanpa masalah, rencana penjualan senjata ini sempat menimbulkan kecemburuan ke Israel karena AS dianggap memprioritaskan Saudi daripada Israel. Untuk meredam hal tersebut dan mengingat bahwa Israel adalah golden boy AS di Timur Tengah maka AS menawarkan persenjataan yang lebih canggih dari yang ditawarkan AS ke Sudi seperti jet tempur yang lebih canggih F-35 yang merupakan pesawat tempur generasi kelima AS.
Faktor Ekonomi
Rencana penjualan senjata AS ke Saudi tidak hanya mempunyai dimensi politik dan kemanan, rencana tersebut juga dimaksudkan untuk mengerek pertumbuhan ekonomi. Pasca terkena resesi global pada tahun 2008, AS harus banyak melakukan penghematan anggaran negara dengan cara melakukan likuidasi dan putus hubungan kerja (PHK) yang dianggap tidak produktif.
Untuk mengembangkan ekonomi pasca resesi, Obama membuat terobosan penjualan senjata yang nanti akan melibatkan perusahaan-perusahaann besar seperti Boeing, Northrop Grumman, Lockheed Martin, dan General Electric untuk memenuhi pesanan tersebut dalam beberapa tahun ke depan. Penyerapan ratusan tenaga kerja inilah yang diharapakan bisa membuat perekonomian ke depan bisa berjalan lebih baik.
Berpijak dari analisa di atas maka rencana penjualan senjata yang dilakukan oleh Obama ke Saudi bisa menimbulkan instabilitas keamanan di Timur Tengah sekaligus strateginya dalam mengeluarkan AS dalang lambannya pertumbuhan ekonomi pasca krisis finansial global 2008.Wallhu a’lam.