Politik Catur China di Timur Tengah
Oleh : Fatkurrohman, S.IP, M.Si[1]
Pemerintah Israel di bawah kendali Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu telah membuat kebijakan yang menuai banyak protes di kalangan masyarakat internasional. Kebijakan tersebut adalah adanya instruksi untuk melakukan pembangunan 900 unit rumah baru di kawasan Gilo, Tepi Barat, Palestina.
Salah satu negara yang melakukan protes dan mengecam tindakan dari pemerintahaan Netanyahu adalah China. Sikap China yang melakukan protes keras terhadap kebijakan Netanyahu merupakan fenomena yang baru dalam dinamika politik di Timur Tengah khususnya mengenai konflik Israel-Palestina yang telah berjalan sejak abad kenabian hingga abad ke-21.
Kemudian yang menjadi pertanyaannya adalah mengapa China melakukan protes terhadap pembangunan rumah Israel di Gilo yang sebelumnya jarang dilakukan oleh China?. Bagaimana politik catur China di Timur Tengah?. Pertanyaaan ini sangat penting untuk kita kupas karena China bisa dianggap sebagai aktor yang relatif baru di kawasan Timur Tengah yang sangat dominan dengan pengaruh Amerika Serikat.
Konflik Israel-Palestina jika kita runut ke belakang akan memperlihatkan kepada kita bahwa di era kenabian yakni di era nabi Ibrahim 1750 Sebelum Masehi yang lahir di Ur Kasdim (dekat Teluk Persia dan Sungai Tigris-Efrat) hijrah ke Kan,an (Palestina) khususnya di Hebron bersama nabi Ishak dan Ya’kub.
Ketika Palestina mengalami masa paceklik, keturunan nabi Ya’kub hijrah ke Mesir, di mana Yusuf yang merupakan putra kesayangan nabi Ya’kub sudah lebih dahulu di Mesir. Posisi kedatangan keturunan Ya’kub yang kemudian mendapatkan label sebagai bangsa Israel mendapatkan tekanan dari penduduk asli Mesir.
Bangsa Israel ke luar dari Mesir dan dalam perjalanannya mengingkari ajaran ketauhidan nabi Musa dan Harun kemudian menuju Palestina dan mengalahkan bangsa Kan’an dan Khissani. Pergulatan kewilayahan antara bangsa Israel dengan bangsa Arab Palestina kemudian semakin meruncing dengan proklamasi dari pihak Israel pada tahun 1948.
China di Timur Tengah
China merupakan negara yang berpenduduk 1,3 milyar dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahun 2009 mencapai 9,1 persen. Selain itu, China juga memiliki anggaran militer yang sangat fantastis pada tahun 2009 yang mencapai 771 triliun rupiah.
Berangkat dari kebutuhan yang besar dalam pembangunan ekonomi dan militernya maka tidak mengherankan jika minyak menjadi faktor terpenting dalam menggerakkan roda perekonomian dan militernya. Untuk itu, China telah banyak menggantungkan kebutuhan minyaknya ke negara-negara di Timur Tengah yang notabene menguasai sebagian besar sumber minyak dunia.
Pada tahun 2004, kebutuhan minyak China mencapai kisaran 100 juta ton dan 32 persennya diambilkan dari Timur Tengah. Pada tahun 2009, kebutuhan minyak China diimpor dari negara-negara di Timur Tengah kurang lebih 58 persen. Salah satu negara di Timur Tengah yang telah mengikat kontrak terkait gas dan minyak China adalah Iran.
Iran merupakan negara yang memiliki cadangan minyak terbesar kedua setelah Arab Saudi yang mencapai 125,8 miliar barel dengan produksi minyak 4 juta barel per hari. Pada tahun 2003, Iran telah menyediakan 14 persen dan pada tahun 2004, Iran menandatangai kontrak dengan Sinopec (perusahaan minyak terbesar China) seharga 100 miliar dolar AS terkait LNG (liquid natural gas) selama rentang waktu 25 tahun.
Terkait dengan posisi untuk mengamankan kepentingan minyaknya di Timur Tengah tersebut maka China lewat kementerian luar negerinya yang diwakili oleh Qin Gang memprotes pemabangunan rumah baru di wilayah Gilo yang merupakan wilayah Palestina. Hal ini dilakukan oleh China dengan alasan mengamankan stabilitas pasokan minyaknya dari Timur Tengah.
Sikap China yang ‘mengawal’ kemerdekaan Palestina dari keserakahan Israel bisa mengamankan hubungan manisnya dengan Iran. Hal ini terkait dengan posisi Iran yang mendukung kemerdekaan Palestina dan kontrak minyak dan gas antara Iran dengan China. Untuk itu, China akan terus menjaga keberlangsungan ikatannya dengan Iran dan terus memoles keharmonisan hubungan antar keduanya dengan setidak-tidaknya tidak ingin ‘menyakiti’ hati Iran.
Jika China tidak melakukan hal tersebut maka bisa dipastikan proyek minyaknya di negara-negara Timur Tengah khususnya dengan Iran akan terganggu. Jika hal tersebut terjadi maka China akan menanggung kerugian yang tidak kecil. Hal ini tentu akan berimbas pada keberlanjutan pembangunan ekonomi dan militernya ke depan.
Untuk itu, China tidak akan hanya memainkan kartu konflik Israel dan Palestina dalam mengambil hati Iran, tetapi China juga akan memainkan politik catur di Timur Tengah. Politik catur China akan bergerak memainkan kartu Amerika Serikat agar bisa melunakkan hati Israel untuk menghentikan pembangunan rumah baru dipemukiman Palestina. Hal ini karena ada semacam ketergantungan AS terhadap China dalam upayanya menyelesaikan nuklir Korea Utara dan Iran.
Berpijak dari analisa di atas maka sikap protes keras China terhadap Israel terkait pembangunan rumah di Gilo adalah upayanya untuk mengamankan kepentingan pasokan gas dan minyaknya dari Timur Tengah dan politik caturnya dengan ‘menaklukkan’ AS adalah agar kepentingan nasionalnya tersebut bisa berjalan tanpa gangguan yang berarti. Wallahu a’lam bishawab.
[1] Dosen Prodi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta
Senin, 30 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar