Welcome to the Enlightening Idea

The very powerful word combining of media makes it very overwhelming to change of the world

Senin, 20 Juli 2009

Singh, Ahmadinejad, dan SBY
Oleh : Fatkurrohman, S.IP,M.Si
1
Pemilu presiden 8 Juli 2009 baru saja usai. Hasil sementara versi hitung cepat (quick caunt) dari beragam lembaga survei menempatkan pasangan SBY-Boediono di posisi teratas. Posisi berikutnya ditempati oleh pasangan Mega-Prabowo dan disusul kemudian oleh pasangan JK-Win.
Perolehan suara sementara para kandidat presiden dan wakil presiden tersebut bisa kita lihat dari lembaga-lembaga survei yang memiliki rekam jejak (track record) yang bisa dikatakan sampai saat ini bisa dipertanggungjawabkan kredibilitasnya. Lembaga-lembaga tersebut secara umum mempunyai hasil yang sama dalam penempatan posisi para kontestan meski dengan jumlah persentase yang berbeda-beda.
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menempatkan pasangan Mega-Prabowo dengan perolehan 27,36 %, SBY-Boediono dengan 60,85 %, dan JK-Win memperoleh 12,49 %. Sementara Lembaga Survei Indonesia (LSI) melansir perolehan Mega-Prabowo berkisar 26,56 %, SBY-Boediono mendapatkan 60,85 %, dan JK-Win memperoleh 12,59 %. LP3ES juga merilis hasil yang tidak jauh berbeda dengan dua lembaga survei di atas, yakni Mega-Prabowo mendapatkan 27,53 %, SBY-Boediono dengan 60,28 %, dan JK-Win mendapatkan 12,19 %.
Perolehan SBY-Boediono versi hitung cepat yang mendominasi di antara dua kandidat yang lain tersebut tentunya masih belum final. Keputusan resmi siapa pemenangnya, nanti baru diumumkan oleh pihak penyelenggara pemilu yakni KPU (Komisi Pemilihan Umum) mungkin awal Agustus.
Fenomena dalam menentukan kepala pemerintahan dalam rentang tahun 2009 ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia. Setidak-tidaknya yang masih hangat ada India dan Iran. India, negara yang sedang berkonflik dengan Pakistan tersebut, pada bulan Mei telah menyelenggarakan pemilihan perdana menteri dan menempatkan Manmohan Singh sebagai perdana menteri untuk kedua kalinya. Periode pertama (2004-2009) dan akan dilanjutkan periode kedua (2009-2014). Hal ini sekaligus mentasbihkan Singh sebagai perdana menteri pertama pasca Jawaharlal Nehru yang bisa membuktikan bahwa incumbent masih kuat. Kemenangan Singh ini juga tidak bisa dilepaskan dari perolehan partainya, yakni Partai Kongres dan koalisinya yang mendapatkan 322 kursi dari 543 kursi di parlemen.
Negara lain yang juga telah melangsungkan pesta demokrasi adalah Iran. Dalam pemilu presiden tanggal 12 Juni 2009 telah menempatkan Ahmadinejad dengan perolehan suara yang sangat fantastis yakni 62,63 %. Posisi berikutnya adalah Mir Hossein Mousavi dengan 33,75 %, Mohsen Rezai 1,7 %, dan Mehdi Karoubi mendapatkan 0,9 %. Fakta ini sekaligus mengantar incumbent, yakni Ahmadinejad untuk menduduki istana kepresidenan Iran untuk periode berikutnya yakni 2009-2013.
Tulisan ini hanya akan menganalisas mengenai faktor-faktor kemenangan Singh dan Ahmadinejad sebagai sosok incumbent yang mampu mempertahankan jabatannya meski untuk menuju arah sana begitu sangat terjal dan bahkan korban nyawa harus berjatuhan. Dari komparasi keduanya, penulis akan menganalisa kemenangan sementara SBY-Boediono versi hitung cepat yang tentunya secara undang-undang belum final.
Kemenangan Singh dalam pemilihan perdana menteri tidak bisa dilepaskan dari kesuksesan Singh dalam mendongkrak perekonomian India beberapa tahun terakhir ini. Lulusan Universitas Oxford dan Cambridge tersebut berhasil menerapkan pasar bebas di India sehingga bisa meningkatkan kompetensi produk-produk domestik India bisa bersaing dengan produk-produk dari negara lain. Hal ini juga telah mengukuhkan posisi India sebagai negara yang memiliki kekuatan ekonomi baru yang akan menjadi kompetitor China di wilayah Asia.
Selain masalah ekonomi, Singh juga berhasil mengangkat reputasi pertahanan dan keamanan India menuju puncak kejayaan. Singh berhasil memanfaatkan renggangnya hubungan antara Pakistan dan AS akibat gagalnya Musyaraf dalam memberantas terorisme Taliban di kawasan perbatasan Pakistan dan Afghanistan. Peluang ini kemudian ditangkap oleh India dengan menerima tawaran perjanjian nuklir dari AS yang kala itu di bawah pemerintahan George W. Bush.
Setali tiga uang dengan Singh, Ahmadinejad juga telah memberikan banyak kontribusi bagi masyarakat domestik Iran. Ahmadinejad dianggap bisa menyelematkan Iran dari tekanan internasional terkait dengan program prestisiusnya yakni pengembangan program nuklir. Ketangguhan Ahmadinejad di tengah jepitan sanksi dari AS dan sekutu-sekutunya tidak membuat presiden dari kalangan non ulama tersebut menjadi surut. Justru langkahnya tersebut bisa menjadi katalisator bagi perolehan suaranya dalam pemilu kemarin.
Meski demonstrasi besar-besaran yang dimotori oleh kubu yang kalah yakni Mousavi yang setidak-tidaknya telah menelan 20 korban tewas dan puluhan luka-luka, sang konservatif, Ahmadinejad, tetap melaju dan bahkan mendapatkan legitimasi yang kuat dari pemimpin spritual tertinggi Iran Ali Khamenei. Fakta ini semakin mengukuhkan keperkasaan politiknya yang tidak hanya merebut dari tangan Khatami pada tahun 2005, tetapi juga berhasil mempertahankannya untuk masuk periode berikuntnya yakni 2009-2013.
Tidak jauh berbeda dengan Singh dan Ahmadinejad, SBY-Boediono menurut versi hitung cepat juga mampu menunjukkan ketangguhannya dalam percaturan politik Indonesia. Perolehan suara yang jauh di atas 50 % seolah-olah telah menghentikan perlawanan kompetitor-kompetitornya. Tidak hanya itu, perolehan suara SBY-Boediono yang merata di 33 propinsi dan di atas angka 20 % betul-betul mengukuhkan politik pencitraan SBY yang begitu kuat. Jika mengacu pada UU Pilpres No.42/2008 yang menyatakan bahwa kandidat harus memperoleh minimal 20% di separo propinsi atau 17 propinsi, maka pasangan SBY-Boediono bisa dikatakan sebagai pemenang dengan cukup satu putaran.
Berpijak dari analisa di atas maka kita bisa mengambil sebuah kesimpulan bahwa sosok Singh dan Ahmadinejad adalah figur-figur yang sudah secara legal memenangkan pertarungan politik domestiknya dan mengukuhkan bahwa incumbent tidak bisa dipandang sebelah mata. Berbeda dengan keduanya, SBY-Boediono masih harus menunggu keputusan legal dari KPU meski saat ini dirinya ditempatkan dalam posisi teratas menurut quick caunt maupun exit poll.
1 Dosen Prodi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.