Welcome to the Enlightening Idea

The very powerful word combining of media makes it very overwhelming to change of the world

Senin, 05 Januari 2009

Kekejaman Israel di Gaza
Oleh : Fatkurrohman, M.Si[1]
Kota Gaza telah menjadi ladang pembunuhan (killing field) bagi rakyat Palestina. Kurang lebih 312 orang meninggal dunia termasuk didalamnya adalah wanita dan anak-anak. Selain itu, juga menyisakan 1.300 korban luka-luka. Tentara Israel dengan kekuatan militer penuh baik dengan jet-jet tempur telah menjatuhkan 50 ton bom dan tank-tank yang ditopang 6 ribu pasukan militer telah memporak-porandakan Jalur Gaza.
Kekuatan militer Israel yang sangat kuat tentu tidak sebanding dengan kekuatan Palestina. Masyarakat Palestina khususnya yang tinggal di Gaza hanya mampu melempari tentara Israel dengan batu ketika melihat kebringasan tentara Israel yang menghancurleburkan rumah-rumah mereka.
Kebrutalan tentara Israel yang telah memakan ratusan korban sipil di Gaza tentunya tidak bisa dilepaskan dengan kuatnya lobi Yahudi yang disebut sebagai AIPAC (American Israeli Political Activity Committee) di Amerika Serikat serta lemahnya Dewan Keamanan (DK) PBB dan Liga Arab (Arab League).
Kemudian yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimanakah pengaruh lobi Yahudi di Amerika Serikat dalam melegitimasi kekejaman Israel di Gaza?. Bagaimanakah peran Dewan Keamanan PBB dan Liga Arab dalam meredam kebrutalan Israel?. Pertanyaan ini sangat menarik untuk kita diskusikan karena kebrutalan tentara Israel telah melanggar Konvensi Jenewa dan tatanan hukum internasional.
Tanggal 15 Mei 1948 adalah tonggak bagi semakin kritisnya hubungan Israel dan Palestina. Pada tanggal tersebut Israel di bawah komando David Ben Gurion dan Chaim Weizmann telah memproklamirkan berdirinya negara Israel setelah Inggris mengakhiri mandatnya di Palestina. Dalam momen tersebut, Israel telah mendapatkan pengakuan kedaulatan dari dua negara raksasa seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet. Selain itu, Israel juga mendapatkan dukungan dari Guatemala.
Pada tahun 1948-1958 menjadi tahun terjadinya imigrasi dalam skala yang sangat besar bagi bangsa Israel yang berasal dari Eropa, Afrika Utara, dan Asia untuk menempati wilayah Paletina. Fakta ini dipicu dengan adanya Undang-Undang Israel tentang Hak Kembali dan Menetap di Daerah Asal (Law of Return and Absentee Property Law).
Kondisi ini akhirnya memantik reaksi keras dari Mesir dan negara-negara Arab untuk mendirikan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pada tahun 1964. Berikutnya pada tahun 1966, Yasser Arafat dengan oraganisasinya, Fatah, yang didirikan pada tahun 1959 melakukan perlawanan pertamanya terhadap Israel.
Lobi Yahudi

Lobi Yahudi Amerika Serikat (AIPAC) merupakan sekelompok orang berbangsa Yahudi yang tinggal di AS yang mempunyai keinginan kuat untuk membentuk negara Yahudi (Israel) dengan menggunakan beragam cara baik dengan finansial maupun politik.
Sosok yang sangat dikenal dalam sejarah Israel dalam hal pencarian dana (fund raising) internasional adalah Golda Meir yang akhirnya mengantarkanya menjadi perdana menteri wanita pertama Israel pada tahun 1969. Dalam ranah politik, lobi Yahudi juga memiliki peran yang sangat besar dalam mewujudkan terbentuknya negara Israel di Palestina. Lobi Yahudi bahkan mampu mempengaruhi setiap kebijakan politik luar negeri AS yang terkait dengan posisi Israel di Palestina dan bahkan di Timur Tengah.
Fakta kuatnya lobi Yahudi di AS bisa kita lihat dari kuatnya dukungan AS terhadap setiap tindakan Israel terkait posisinya di Palestina. Mulai dari Perjajian Oslo (1993) sampai dengan Perjanjian Annapolis (2008) yang dilanggar oleh Israel diabaikan begitu saja oleh AS. Sementara jika Hamas melakukan tindakan pembelaan terhadap serangan Israel dianggap sebagai kelompok teroris.
Sikap Amerika Serikat yang saat ini diam saja melihat aksi brutal tentara Israel di Jalur Gaza semakin menunjukkan bentuk konkret dari kuatnya pengaruh lobi Yahudi. Kuatnya lobi Yahudi di AS bahkan bisa menentukan posisi seseorang untuk menjadi presiden. Jika kandidat tidak mendapatkan restu dari lobi Yahudi maka jalan sang kandidat untuk melaju ke eksekutif akan sangat terjal.
Dewan Keamanan PBB

Dewan Keamanan PBB mempunyai tugas sangat besar dalam menjaga stabilitas keamanan internasional. Tetapi, tugas tersebut tidak bisa dijalankan secara baik oleh DK PBB ketika melihat sikap Israel yang melakukan bombardir terhadap warga tidak berdosa sehingga mengakibatkan ratusan warga Palestina meninggal dunia dan terjadinya kelangkaan makanan serta obat-obatan.
Tidak berdayanya DK PBB dalam meredam kebringasan Israel di Jalur Gaza disebabkan tidak adanya persetujuan dari sang patron Israel, yakni Amerika Serikat. Dalam pandangan AS, Israel adalah ”anak emas” yang harus dilindungi, sementara pihak yang lain, yakni Palestina (Hamas) harus disingkirkan.
Liga Arab
Liga Arab didirikan pada tahun 1945. Sebetulnya ide munculnya Liga Arab ini adalah dari Inggris ketika merasa perlu adanya sekutu dalam menghadapi Jerman pada tahun 1942. Saat ini Liga Arab tidak ubahnya ”kaki tangan” AS di Timur Tengah. Hal ini bisa kita lihat dari sikap negara-negara Arab yang hanya terdiam seribu bahasa dalam melihat aksi militer Israel di Jalur Gaza. Negara-negara Arab bahkan merasa lebih menjadi bangsa Amerika daripada bangsa Arab.
Diamnya negara-negara seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Jordania, Bahrain, Kuwait tentu tidak bisa dilepaskan dari pengaruh besar dari Amerika Serikat. Setiap negara di kawasan Timur Tengah yang bersebrangan dengan AS tentu akan menjadi lawan dari negara adi daya tersebut. Ahmadinejad (Iran) dan tumbangnya rejim Saddam Hussein (Irak) adalah contoh kecil korban perlawanannya terhadap AS.
Berangkat dari hal tersebut, maka kekejaman Israel di Jalur Gaza tidak bisa dilepaskan dari pengaruh kuatnya lobi Yahudi di domestik Amerika Serikat. Selain itu, juga lemahnya peran Dewan Keamanan PBB dan tidak berdayanya Liga Arab semakin memberikan ”lampu hijau” bagi Israel untuk terus melakukan kebrutalan dan kolonisasinya terhadap wilayah Palestina.
[1] Staf Pengajar Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fisipol, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.