Welcome to the Enlightening Idea

The very powerful word combining of media makes it very overwhelming to change of the world

Senin, 09 Juli 2007

Kemerosotan Pendidikan Nasional

Kemerosotan Pendidikan Nasional

Potret buram pendidikan Indonesia mulai kita rasakan akhir-akhir ini. Hal itu ditunjukkan dengan banyaknya penganguran dari bangku pendidikan yang tiap tahun kerap kali mewarnai wajah negara yang berpenduduk 200 juta ini. Seiring dengan kondisi perekonomian Indonesia yang kian carut marut dengan pendapatan per kapita 3100 $ dolar (2002) dan menempati rangking ke-149 di dunia kian mengaburkan terwujudnya pendidikan yang kompetitif.
Kondisi krisis ekonomi yang tak kunjung sirna, semakin menambah deretan anak putus sekolah serta banyaknya jumlah pengangguran di Indonesia yang saat ini mencapai 11 juta orang. Anggaran dana dari APBN sebesar 20% ternyata nasibnya semakin lama semakin tidak jelas karena dengan asumsi anggaran yang ada di APBN sebesar 80% dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat konsumtif seperti gaji pegawai negeri sipil (PNS), tunjangan, eksekutif, legislatif, yudikatif, pensiunan dan sisanya sebesar 20% digunakan untuk alokasi biaya pembangunan fisik nasional. Kondisi tersebut ternyata juga tidak jauh berbeda dengan yang ada pada APBD di daerah.
Puncak kejayaan pendidikan Indonesia pada tahun 80-an pernah menjadi acuan pendidikan bagi negara-negara di kawasan Asia Tenggara sekarang hanya tinggal kenangan, banyaknya para pelajar dan sarjana yang mulai enggan belajar di Indonesia memberikan sinyalemen bahwa kualitas pendidikan Indonesia mengalami penurunan yang sangat drastis.
Banyaknya pelajar dan sarjana yang hengkang dari Indonesia juga memberi sinyal kepada kita bahwa adanya tingkat kemajuan pendidikan di negara-negara mereka. Dalam hal ini kita bisa menengok tetangga sebelah kita seperti Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina.
Tingkat kemajuan dunia pendidikan di negara seperti Singapura yang sangat cepat karena banyaknya perhatian yang diberikan oleh pihak pemerintah setempat terhadap pentingnya peran pendidikan generasi muda sebagai penerus estafet kepemimpinan nasional. Majunya pendidikan nasional Singapura juga tidak pernah lepas dari kemajuan tingkat perekonomian Singapura yang menurut data terakhir pada tahun 2002 mempunyai pendapatan per kapita sebesar 25.200 $ dolar dan sekaligus memposisikan negara tersebut pada rangking ke-25 di negara-negara dunia.
Melihat kondisi pesatnya pendidikan negara Singapura tersebut, seharusnya pemimpin bangsa Indonesia dan para elit pemerintahan melakukan langkah pembenahan terhadap akutnya pendidikan nasional. Tetapi fenomena yang paling menyedihkan yang terjadi dalam pemerintahan kita adalah para politisi dan pengambil kebijakan nasional lebih mementingkan kepentingan untuk memperoleh serta mempertahankan kekuasaan.
Sikap apatis pemerintah terhadap pendidikan nasional menunjukkan pada kita bahwa elit politik mulai kehilangan sifat sense of belongings terhadap negara, dan jika kondisi tersebut terus berlangsung sampai terpilihnya pemimpin baru paska pemilu presiden mendatang maka kemungkinan lebih terpuruknya pendidikan nasional akan semakin terbuka lebar.
Wajah pendidikan Indonesia yang tiap tahun belum menampakan hasil yang optimal dan bahka cenderung menurun seperti snow ball yang menggelinding deras tidak terkendali semakin menipiskan harapan kita untuk bisa bersanding dengan negara-negara di Asia. Kualitas perguruan-perguruan tinggi nasioanal seperti UGM, UI, ITB, UNAIR yang memegang predikat perguruan tinggi dengan mutu yang menjanjikan bagi lulusannya ternyata hanya menempati posisi rentang 60-70 saja di kawasan Asia.
Masih lemahnya Human Development Index (HDI) bangsa Indonesia seharusnya menjadi persoalan aktual yang perlu diangkat oleh interst group dan pressure group sebagai wujud keperihatian mereka terhadap kondisi pendidikan nasional saat ini. Kelompok-kelompok tersebut seharusnya kembali pada posisinya sebagai check and balance terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah tidak malah menjadi kaki tanganya untuk membodohi rakyat.
Terpuruknya pendidikan nasional dan tidak adanya upaya yang signifikan dari pemerintah Indonesia dalam membenahi kualitas pendidikan saat ini tentu akan membuat preseden buruk bagi wajah pendidikan nasional ke depan. Kurikulum pendidikan nasional yang kurang bisa memberikan tuntunan untuk mandiri dan kreatif bagi anak didik yang hanya mengajarkan untuk menjiplak materi dan penyodoran soal-soal yang bersifat opsional ternyata hanya akan menghasilkan lulusan-lulusan yang memiliki kualitas tidak memadahi dalam pertarungan globalisasi.
Seiring dengan mulai diberlakukanya program AFTA untuk kawasan Asia Tenggara memberikan peluang besar bagi masuknya sekolah dan perguruan tinggi asing untuk mempromosikan pendidikanya ke negara-negara anggota termasuk Indonesia.
Rendahnya kualitas pendidikan nasional membuat masyarakat Indonesia untuk menjatuhkan pilihanya pada perguruan-perguruan tinggi dan sekolah-sekolah asing yang mulai tumbuh dan berkembang di Indonesia. Gencarnya promosi yang dilakukan oleh sekolah dan perguruan tinggi asing untuk menarik minat masyarakat serta ditambah dengan persepsi yang ada dalam masyarakat dan perusahaan-perusahaan Indonesia yang lebih mengunggulkan kualitas pendidikan lembaga asing semakin menenggelamkan pendidikan nasionl.
Persepsi positf masyarakat dan perusahaan-perusahaan Indonesia tentu akan digunakan oleh lembaga-lembaga pendidikan asing untuk lebih mengepakan sayapnya di kota-kota besar yang ada di Indonesia yang tentunya nanti akan lebih mempersempit peluang untuk eksisnya sekolah dan perguruan tinggi nasional.
Semakin tumbuh suburnya pendidikan asing bak cendawan di musim penghujan saat ini, semakin memperlihatkan pada kita bahwa kualitas pendidikan Indonesia sudah pada tataran yang sangat memprihatikan sekali dan sudah saatnya untuk segera dibenahi. Tetapi ketika kita melihat realitas tidak adanya good will pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur dan suprastruktur pendidikan nasional maka keinginan untuk recovery masalah pendidikan nasional adalah sangat tipis sekali..
Puncak dari tumbuhnya pendidikan asing serta intensifnya promosi yang dilakukan oleh pihak asing adalah merupakan cerminan semakin merosotnya kualitas pendidikan nasional dari tahun ke tahun. Kondisi masih terpuruknya pendidikan Indonesia tentunya akan semakin mempercepat laju pertumbuhan lembaga-lembaga pendidikan asing dan kemungkinan terburuk yang akan terjadi di Indonesia untuk satu dekade kedepan adalah munculnya dominasi lembaga pendidikan asing terhadap lembaga pendidikan Indonesia.

Tidak ada komentar: