ISU NUKLIR IRAN
Oleh: Muhammad Fatkurrohman Tirmidzi Addimai
Nuklir merupakan salah satu senjata yang paling mematikan di kancah politik keamanan global. Kekuatan ledakanya yang sangat dahsyat membuat banyak negara berusaha untuk memilikinya. Salah satu alasan yang sering dilontarkan adalah untuk menjaga stabilitas keamanan negaranya dari serangan musuh. Di antara beberapa negara yang memiliki nuklir tersebut adalah Amerika, Korut, Rusia, China, Inggris, Perancis, Jerman dan Iran. Di antara negara-negara tersebut yang tercatat memiliki nuklir terbanyak adalah Amerika Serikat.Kekuatan militer Amerika yang didukung dengan senjata nuklir membuat negara Paman Sam tersebut mampu melakukan apa saja sesuai dengan keinginanya. Jika ada negara yang tidak taat dengan perintah Amerika maka negara adi daya tersebut akan menghalalkan segala cara untuk menghancurkanya. Contoh paling konkret atas kesewenang-wenangan Amerika adalah invasinya ke Irak (2003).Dalam hal ini, Irak dituduh mengembangkan senjata pemusnah massal (Mass destruction weapon) yang dianggap mengancam perdamaian dunia internasional. Tetapi setelah diinspeksi oleh tim IAEA, senjata pemusnah massal tersebut ternyata tidak ada atau tidak ditemukan.Sasaran berikutnya setelah Irak adalah Iran. Negara para Mullah tersebut dianggap oleh Amerika sebagai 'anak nakal' yang tidak taat perintah dan selalu menghalang-halangi politik luar negeri Amerika Serikat di Timur Tengah.Untuk menundukkan Iran, Amerika mencoba mengotak-atik pengayaan uranium yang disinyalir sebagai bahan pembuat senjata nuklir. Untuk mewujudkan keinginanya tersebut, Amerika menekan IAEA untuk menyelidikinya. Sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai perdamaian dunia, pada beberapa bulan yang lalu, Iran telah mengijinkan IAEA untuk melihat tempat-tempat yang dianggap sebagai gudang pembuatan nuklir. Dalam inspeksi ini, ternyata Mohammed El Baradei, ketua badan pengawas energi atom internasional, ternyata tidak menemukan pengayaan uranium yang digunakan sebagai bahan pembuat nuklir.Hal ini menyebabkan El Baradei mendapatkan kecaman yang luar biasa dari pemerintah Amerika sehingga ada rencana El Baradei akan digantikan dengan orang yang tunduk dengan kepentingan Amerika. Alasanya adalah El Baradei dianggap tidak mampu menerjemahkan pesan Amerika untuk membuat data manipulatif terhadap kepemilikan nuklir Iran.Lewat jalan IAEA kurang membuahkan hasil, Amerika mencoba mengajak sekutu-sekutunya di Eropa yang tergabung dalam Uni Eropa seperti Inggris, Jerman, dan Perancis untuk melakukan perundingan dengan Iran untuk mau menerima tim IAEA lagi dalam penyelidikan kepemilikan nuklirnya.Kemudian dibuatlah pertemuan antar anggota IAEA di Wina akhir september 2005. Dalam pertemuan ini, di antara 35 anggota IAEA, 22 menyetujui resolusi nuklir Iran, 12 abstain, dan 1 menolak.Keputusan disetujinya resolusi tersebut, tentunya merupakan tamparan keras bagi politik pemerintahan Iran. Sebagai negara yang berdaulat, tentunya Iran tidak mau negaranya "diobok-obok" oleh negara lain (Amerika). Untuk itu, pemerintah Iran, melalui Menlunya Manourich Mottaki menganggap resolusi tersebut sebagai hal yang berbau politis, illegal, dan penuh dengan konspirasi. Bahkan pemerintah Iran mengancam akan terus melakukan pengayaan uranium jika resolusi tersebut betul-betul dilaksanakan.Menurut saya ada tiga faktor yang menyebabkan mengapa Amerika mempersoalkan nuklir Iran.Pertama, minyak. Sumber kilang minyak yang melimpah yang mampu memproduksi 4 juta barel/hari telah menempatkan Iran sebagai negara penghasil minyak terbesar kedua setelah Arab Saudi. Hal tersebut tentunya merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi Iran ditengah-tengah melonjaknya harga minyak dunia saat ini. Dengan minyak itu pula, pemerintah Iran memacu pertumbuhan ekonomi dalam negerinya sehingga menjadi negara yang kokoh secara ekonomi dan politik.Kepemilikan minyak Iran yang melimpah tersebut telah menjadikan negara-negara lain untuk memilikinya. Salah satunya adalah Amerika. Hal tersebut didasarkan atas menipisnya cadangan minyak Amerika yang ada di Alaska dan Texas yang hanya mampu memberikan kontribusi 20-30% industri dalam negerinya. Sebagai negara super power, tentunya Amerika membutuhkan cadangan minyak yang cukup dan bahkan lebih untuk memperkuat ekonominya dan tentunya jika Amerika bisa menguasai pasar minyak dunia maka Amerika akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar.Untuk mendapatkan itu semua, Amerika mencoba menggoyang Iran lewat berbagai jalan salah satunya adalah menjatuhkan Iran dengan menggunakan cara yang mematikan yaitu isu kepemilikan senjata nuklir.Kedua, posisi Israel. Kemajuan teknologi dan modernisasi persenjataan Iran akhir-akhir ini menjadikan posisi Israel di Timur Tengah terancam. Ketakutan Israel tersebut tentunya sangat beralasan karena jika dilihat dari kalkulasi geografis dan persenjataan, jelas Israel kalah jauh dengan Iran.Melihat fenomena tersebut tentunya tidak dibiarkan begitu saja oleh Amerika Serikat. Dalam beberapa hal, Israel merupakan "anjing penjaga" bagi kepentingan Amerika di Timur Tengah. Dan dengan alasan itu pula lah Amerika Serikat selalu akan mengabaikan kepemilikan 200 hulu ledak nuklir Israel dan kesewenang-wenanganya terhadap Palestina.Ketika Israel menghadapi bahaya besar atas keberadaan Iran di Timur Tengah maka Amerika akan selalu menggunakan apa saja untuk melindungi "tangan kananya" tersebut baik melalu jalan Dewan Keamanan PBB maupun dengan agresi militer.Ketiga, demokratisasi. Setelah kekalahan Uni Soviet dengan ideologi komunisnya pada akhir tahun 1989, membuat ideologi demokrasi yang diusung oleh Barat (Amerika) harus menjadi sistem politik yang wajib dipakai oleh negara-negara di dunia internasional.Kemenangan Amerika mendemokratisasikan Kuwait, Pakistan, Afghanistan, Mesir, dan Irak membuat Amerika ingin mengubah sistem pemerintahan Iran yang notabenekan lebih condong menggunakan model teokrasi ketimbang sistem pemerintahan yang lain (demokrasi).Untuk itu Amerika akan terus menggunakan segala cara untuk mencapai kepentingan politiknya di Timur Tengah termasuk didalamnya memaksa negara yang bersangkutan untuk memakai sistem demokrasi. Ketika negara lain (Iran) menolak demokrasi maka Amerika akan menggunakan cara-cara tertentu untuk mendapatkan kepentinganya termasuk didalamnya menggunakan isu kepemilikan nuklir Iran.Ketiga faktor tersebut itulah yang membuat Amerika akan terus mempersoalkan nuklir Iran sampai Iran betul-betul tunduk terhadap segala bentuk keinginan Amerika Serikat mulai dari menyerahkan ladang minyaknya ke Amerika, tidak menjadi ancaman bagi Israel di Timur Tengah, dan mau menggunakan sistem demokrasi secara permanen dan holistik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar