Welcome to the Enlightening Idea

The very powerful word combining of media makes it very overwhelming to change of the world

Senin, 09 Juli 2007

Dampak Negatif Globalisasi dari Perspektif Ekonomi

Globalisasi merupakan sebuah konsep yang keberadaanya adalah debatable. Artinya globalisasi bisa dianggap sebagai fenomena lama (revolusi industri pada abad 18 atau bahkan sebelum revolusi industri abad 16) atau dianggap sebagai fenomena baru (paska runtuhnya komunisme pada era 1990-an). Terlepas dari pro kontra munculnya globalisasi, yang jelas globalisasi telah mempunyai dampak negatif yang sangat signifikan bagi pertumbuhan ekonomi di negara-negara dunia ketiga.
Berangkat dari teori depedensia (teori ketergantungan) yang mengatakan bahwa kemerosotan ekonomi, konflik, penindasan dan bahkan kemiskinan yang terjadi di negara-negara dunia ketiga diakibatkan oleh penetrasi asing dan ketergantungan eksternal (Mohtar Mas’oed :1990).
Dampak-dampak negatif itu diantaranya adalah pertama, munculnya multinational corporation (MNC). Keberadaan MNC sebagai agen globalisasi (Thomas Oatley: 2004) di negara-negara dunia ketiga telah mengakibatkan ketimpangan ekonomi dalam masyarakat domestik karena korporasi internasional ini hanya mengedepankan kepentingan elit-elit domestik dan membayar murah tenaga kerja. Kedua, relasi asimetris antar negara. Berpijak pada teori hubungan asimetris (struktur hubungan imperalisme) Johan Galtung dalam “A Structural Theory of Imperalism” bahwa ada keselarasan kepentingan antara elit di negara maju dengan elit di negara dunia ketiga. Keselarasan elit-elit ini bisa berupa hubungan dagang ekspor-impor (impor lebih besar dari pada ekspor dan yang diimpor produk-produk mewah) yang tentunya lebih menguntungkan elit dari pada masyarakat periphery dunia ketiga (Mohtar Mas’oed :1990). Ketiga, sensitivity. Menurut Keohane dan Nye dalam “Power and Interdependence” adalah kepekaan sebuah negara terhadap kebijakan yang diambil oleh negara lain (AS). Misalnya AS menerapkan kebijakan bahwa negara dunia ketiga (Indonesaia) harus mengimpor apel dari AS, hal ini tentu secara ekonomi petani apel telah dirugikan karena apelnya akan kalah bersaing dengan apel AS karena lebih murah dan enak. Keempat, vulnerability. Masih menurut Keohane dan Nye, diartikan sebagai terpengarunya suatu negara atas kebijakan negara lain dan negara tersebut membuat kebijakan untuk meresponya. Misalnya AS membuat kebijakan terhadap kenaikan harga daging sapinya maka Indonesia sebagai pengimpor daging otomatis akan membuat kebijakan untuk menaikan harga daging sapi domestiknya, hal ini tentunya secara ekonomi merugikan pedagang daging sapi Indonesia (Gary Gereffi dan Miguel Korzeniewicz :1994). Menurut pandangan Keohane dan Nye, sensitivy dan vulnerability secara sepintas memang interdependence tetapi kalau ditelisik lebih jauh hubunganya adalah depedensia.
Dari paparan tersebut di atas maka bisa disimpulkan bahwa munculnya globalisasi ternyata mempunyai dampak negatif yang cukup berarti bagi pertumbuhan perekonomian di negara-negara di dunia ketiga yang berupa munculnya hubungan yang tidak seimbang (ketergantungan atau depedensia) yang pada prakteknya menimbulkan kemiskinan, konflik, dan penindasan.

Tidak ada komentar: