Welcome to the Enlightening Idea

The very powerful word combining of media makes it very overwhelming to change of the world

Senin, 09 Juli 2007

Dampak Mc Donald Terhadap Politik-Ekonomi

Dampak Mc Donald Terhadap Politik-Ekonomi,
Radikalisasi Dan Perubahan Budaya
Oleh : M. Fathurrohman Turmudzi Addimai
[1]
Salah satu MNC (Multinational Corporation) dari sekian banyak MNC yang masuk daftar pemilik aset terbesar dunia adalah Mc Donald. MNC ini memiliki cabang di host country hampir di seluruh dunia. Melayani 20 juta pelanggan di seluruh dunia per hari, mulai dari Chili sampai Korea Selatan, Panama sampai Singapura dan bahkan sampai ke negara komunis sekalipun yaitu China[2]. Dana periklanan Mc Donal yang berfungsi memperkenalkan pada pasar mencapai jumlah yang sangat fantastis. Jumlah dana untuk menopang periklananya tumbuh sangat besar, meningkat 1/3 lebih cepat dari populasi dunia, serta naik tujuh kali lipat yaitu dari 39 milyar dolar menjadi 256 milyar pada tahun 1950 sampai 1990[3]. Pengeluaran global per kapita meningkat dari 15 dolar AS per orang pada tahun 1950 menjadi 50 dolar AS sekarang ini.
Hal ini menunjukkan bahwa Mc Donald seolah-olah telah menjadi berhala baru bagi peradaban manusia. Kondisi ini selain ditopang dengan keberhasilanya dalam mempengaruhi orang untuk mengkonsumsi produknya, Mc Donald juga terkenal dengan penetrasi pasarnya yang sangat luar biasa mulai dari sub sahara Afrika sampai Asia Tenggara. Untuk pasar di Asia Tenggara, penulis hanya akan mengambil studi kasus Indonesia. Kemudian yang menjadi persoalanya adalah apa dampak dari munculnya Mc Donald bagi masyarakat Indonesia?. Menurut argumentasi penulis dampak terbesar yang dialami bangsa Indonesia adalah pada, peta politik-ekonomi, munculnya radikalisasi (oposisi), dan perubahan sektor budaya (life style)[4]
Sektor budaya telah mengikis budaya bangsa yang santun menjadi budaya yang yang sangat liberal dan terkesan sangta liar (life style), sementara sektor politik-dan ekonomi telah menghasilkan sebuah bargaing position antara negara dan pasar menjadi tidak berimbang. Artinya bahwa kekuasaan pasar mampu mendikte pemerintah dalam berbagai hal serta kadang bahkan pemerintah bisa menjadi “sapi perahan “ bagi kekuatan pasar. Dalam tataran tertentu, MNC sebagai sebuah agen globalisasi[5] juga mempunyai dampak bagi munculnya sebuah kekuatan-kekuatan yang bersifat menentangnya karena dianggap merusak tatanan religi maupun lingkungan.
Untuk mempertegas argumentasi penulis, penulis menggunakan konsep yang ditawarkan oleh kelompok hiperglobalis[6]. Dalam pandangan hiperglobalis bahwa globalisasi menjadi sebuah agen yang telah banyak mewarnai dan mengubah tatanan dunia menjadi sempit. Menurut Held, kelompok hiperglobalis ini menganggap bahwa karena derasnya perubahan-perubahan yang terjadi sehingga menyebabkan peran negara menjadi sangat lemah. Ketidakberdayaan sebuah negara dalam menangkis arus globalisasi memunculkan dampak yang sangat besar bagi perubahan gaya hidup, skema kekuatan politik-ekonomi, dan munculnya radikalisasi baik religi maupun kelompok pecinta lingkungan.
Untuk menghasilkan sebuah analisasi yang terukur dan terstuktur maka penulis akan menganalisinya dari ekonomi-politik, kemudian dilanjutkan masuk pada radikalisasi (oposisi) di Indonesia, dan analisis yang terakhir mengenai munculnya perubahan budaya di Indonesia
Ekonomi Politik
Berpijak dari pandangan hiperglobalis bahwa kekuatan negara menjadi lemah karena begitu kuatnya arus globalisasi, maka pembacaan terhadap fakta di Indonesia tidak jauh berbeda dengan pandangan kelompok ini. Indonesia menjadi salah satu negara yang menjadi host country, yang memiliki pasar yang sangat potensial bagi tumbuh kembangnya Mc Donald di Indonesia sehingga MNC ini mampu meraup keuntungan yang sangat luar biasa sampai trilinan rupiah per tahun.
Pundi-pundi ekonomi yang dikumpulkan oleh Mc Donald ini memang secara sekilas menguntugkan Indonesia, tetapi jika kita mencermati lebih mendalam ternyata hasil ekonomi yang diberikan Mc Donald bagi Indonesia yang berupa pajak ternyata lebih kecil dibandingkan di tingkat ekonomi mikro yaitu pendapatan masyarakat dan cenderung mengakibatkan terjadinya gap antara yang kaya dan yang miskin semakin melebar.
Selain minimnya pemasukan dari sektor pajak, pemerintah Indonesia juga mengalami keruguian dari sektor perimbangan pembagian ekonomi. Hal ini bisa kita lihat dari konsep “Global Production Chain” yang lebih menguntungkan parent country dari pada host country (Indonesia). Konsep rantai produksi global itu memberikan gambaran bahwa dengan mendirikan cabang-cabang di luar negeri selain sebagai alat untuk mendapatkan pasar juga bisa untuk faktor efisiensi (baik dari sisi upah tenaga kerja maupun biaya produksi).
Mc Donald sebagi MNC raksasa dari Amerika ini betul-betul memanfaatkan ekonomi kapitalismenya sebagai alat untuk mengeruk keuntungan di host country. Keuntungan Mc Donald tersebut bisa kita lihat dalam pembagian keuntungan yang tidak seimbang antara Mc Donald dengan Indonesia, pembagianya adalah 70 % untuk Mc Donald dan 30% untuk Indonesia. Pembagian ini memang tidak fair, tetapi itulah sebuah realita yang harus diambil oleh sebuah negara yang memang tidak mempunyai sebuah bargaining position yang jelas. Tentunya berangkat dari perimbangan keuntungan yang tak berimbang tersebut menjadikan pendapatan masyarkat semakin berkurang dan tentunya juga memberikan kontribusi besar bagi jumlah penambahan kemiskinan di Indonesia yang sekarang mencapai 40 juta jiwa[7].
Perekrutan karyawan yang dilakukan oleh Mc Donald yang kebanyakan merekrut tenaga pekerja yang mensyarakatkan pendidikan tinggi dan professional mejadikan tersisihnya pemuda-pemudi Indonesia yang memang mayoritas terpaksa tidak bisa melanjutkan sekolah atau melanjutkan di bangku perguruan tinggi karena terbentur maslah finansial. Kenyataan ini, membuat tersisihnya mereka yang tidak berpendidikan dari bursa dunia kerja sehingga memunculkan gap antara masyarakat di Indonesia dan sekaligus juga berdampak pada jumlah pengangguran yang kian merata.
Posisi tawar pemerintah yang minim dihadapan Mc Donald juga mempunyai dampak yang signifikan di sector politik. Hal itu bisa dilihat dari produk-produk hukum yang dihasilkan oleh parlemen yang tidak menguntugkan rakyat, tetapi cenderung mendukung keberadaan Mc Donald. Kebijakan-kebijakan itu bisa kita lihat pada proses mendirikan bangunan yang sangat mudah, tidak adanya hukum yang mengatur tentang dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh Mc Donald, dan tidak adanya hukum yang mengatur tentang keselamatan pekerja dan hak-haknya.
Lemahnya produk hukum dan lemahnya kekuatan politik pemerintah ini bisa dilacak dengan menelusurinya menggunakn konsep imperalisme yang ditawarkan oleh Johan Galtung. Dalam pandangan Galtung, keterpurukan ekonomi maupun politik di negara-negara di dunia ketiga (Indonesia) karena disebabkan oleh adanya keselarasan kepentingan antara elit di Indonesia (periphery) dengan elit di AS (center). Untuk memperjelas hubungan ini, maka penulis akan menghadirkan hubungan center dan periphery berikut ini.
Gambar 1.1 Model Hubungan Asimetris[8]

Center
Periphery
Center
Periphery









Keterangan : Hubungan konfliktual
Hubungan Harmonis

Dari gambar tersebut bisa dijelskan bahwa keserasian tersebut membuat kekacauan tatanan politik dan ekonomi di Indonesia. Elit Indonesia yang hanya mengakomodasi kepentingan elit di MNC AS membuat hanya menguntungkan segelintir elit. Hal ini mengakibatkan setiap kebijakan yang diambil oleh elit-elit Indonesia lebih banyak menguntungkan Mc Donald dari pada rakyat. Kondisi inilah yang yang membuat kondisi bangsa Indonesia semakin terpuruk sampai saat ini baik secara politik maupun ekonomi.
Radikalisasi (Oposisi)
Keberadaan MNC (Mc Donald) di negara-negara dunia ketiga telah menuai pro kontra di masyrakat. Kelompok yang setuju terhadap MNC mengatakan bahwa perusahaan asing memberikan kontribusi dalam meningkatkan perekonomian host country, sementara pihak yang menentang mengatakan bahwa dengan diperolehnya hak non diskriminasi, hak pendirian[9], maka efek kerusakannya lebih besar dari pada keuntungan yang diambil. Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh MNC meliputi kerusakan lingkungan dan adanya aksi terhadap nasib masyarakat pada umumnya.
Kerusakan lingkungan menjadi isu sentral bagi keberadaan MNC di Indonesia. Kerusakan itu berasal dari limbah produksi yang dihasilkan oleh MNC yang tidak dikelola secara benar dan membahayakan lingkungan sekitar. Kelompok-kelompok yang concern terhadap persoalan lingkungan ini telah beberapa kali memberikan warning kepada MNC terkait atau bahkan melaporkanya kepada pemerintah setempat, tetapi hal tersebut seolah-olah hilang begitu saja, tanpa ada respon yang jelas dari MNC maupun pemerintah sendiri.
Lingkungan yang tercemar dari limbah industri MNC menjadikan masyarakat menanggung kerugian yang besar baik secara fisik maupun mental. Secara fisik karena air yang dikonsumsi sehari-hari menjadi tercemar dan secara mental, masyarakat merasa phobia dengan hal-hal yang berbau MNC dan produknya.
Kelompok penentang terhadap keberadaan MNC, juga banyak dilakukan oleh para mahasiswa yang peduli dengan nasib rakyat Indonesia. Keberadaan MNC dianggap sebagai penyebab semakin parahnya kemiskinan di Indonesia. Sebagai sebuah agen yang dikirim oleh pemerintah AS untuk mengeksploitasi masyarakat di negara-negara dunia ketiga. Sebagai bentuk kemarahan Terhadap MNC yang menerapakan standar kapitalisme global ini banyak Mc Donald di beberapa kota di Indonesia pernah disegel oleh mahasiswa maupun masyakat yang anti terhadap keberadaan MNC[10].
Radikalisasi atau oposisi tidak hanya berasal dari mahasiswa, tetapi juga berasal dari para penganut Islam radikal yang menentang keberadaan agen AS yang berupa MNC beroperasi di Indonesia yang salah satunya adalah Mc Donald. Para penganut Islam radikal ini yang diwakili oleh FPI dan Mujahidin melakukan demo besar-besar-an di Jakarta, Solo, Jogjakarta beberapa tahun yang lalu menganggap bahwa Mc Donald telah menyumbangkan dananya kepada militer Israel untuk membunuh para warga Palestina. Solidaritas sesama umat Islam ini membuat Islam radikal di Indonesia melakukan pemboikotan terhadap produk-produk Mc Donald dan melakukan penyegelan sebagai sebuah peringatan agar tidak beroperasi lagi di Indonesia.


Budaya (Life Style)
Salah satu dampak dari agen globalisasi yaitu MNC (Mc Donald) adalah adanya perubahan identitas bangsa yang berkaitan dengan perubahan budaya[11]. Dalam sektor budaya, kita bisa melihat bahwa banyak masyarakat Indonesia yang dulunya tidak begitu suka dengan budaya-budaya liberal sekarang sudah banyak masyarakat yang meniru budaya Barat seperti makan ala fast food, cara berpakaian, dan bahakan cara berfikir yang cenderung pragmatis.
Budaya yang dikondisikan oleh Mc Donald adalah dengan selalu mempublikasikan bahwa makanan-makanan fast food adalah lezat, bergizi, dan higienis. Kampanye-kampanye yang intens ini semakin lama-semakin diikuti oleh masyarakat Indonesia. Sehingga banyak orang merasa bangga jika sudah mengkonsumsi makanan produk MNC dan merasa minder atau tidak percaya diri jika tidak bersentuhan dengan produk MNC. Kebanggan terhadap produk ala Mc Donald ini menjadikan masyarakat Indonesia mulai menjadi sebuah bagian dari perubahan yang terjadi saat ini, yaitu menjadi masyarakat internasional yang terkooptasi terhadap satu doktrin yaitu doktrin kapitalisme.
Dampak lain yang tersirat dari maraknya MNC (Mc Donald) di Indonesia adalah munculnya perubahan cara berpakaian dari sebagaian masyarakat Indonesia. Dalam berpakaian, masyarakat cenderung untuk mengekspos aurat yang awalnya memang tabu untuk dipertontonkan (identitas bangsa Indonesia), tetapi seiring dengan perubahan globalisasi melakukan ekspos tersebut dianggap sebagai bentuk modernisasi dan wajar. Akibat cara berpakaian ini, banyak disinyalir bahwa banyaknya kasus pelecehan terhadap wanita berangkat dari cara pakaian sang wanita yang terlalu ketat dan minim. Hal ini tentunya merupakan tamparan keras bagi upaya pemerintah untuk memperbaiki moral bangsa akhir-akhir ini.
Perubahan lain yang substansial yang dialami bangsa Indonesia akibat tergerus oleh agen globalisasi (Mc Donald) adalah mulai membudayanya cara berpikir dari masyarakat Indonesia untuk berpikir pragmatis. Kepragmatisan berpikir tersebut meliputi apa yang dilakukanya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah engganya masyarakat untuk naik sepeda ke kampus atau ke kantor. Mereka lebih membagakan naik mobil atau sepeda motor dengan alasan pragmatis yaitu agar cepat sampai di tempat tujuan. Contoh sederhana yang lain dalam berpikir pragmatis adalah bisa kita temukan ketika para mahasiswa lebih cenderung mengandalkan laptop atau komputer dari pada menggunakan manual (misalnya menulis), dan lain-lain.
Berpijak dari paparan tersebut di atas bisa disimpulkan bahwa kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi telah sedikit banyak mengubah tatanan dunia internasional. Salah satu tatanan yang sedikit melemah adalah pada konteks negara. Akibat globalisasi yang sangat kuat mengakibatkan peran-peran negara yang dulu banyak di-handle oleh pemerintah sekarang sedikit banyak telah berkurang. Kemajuan teknologi sebagai sebuah simbol globalisasi menjadikan banyak MNC yang mulai menanamkan investasinya di Indonesia salah satunya adalah Mc Donald.
Kiprah Mc Donald telah banyak memberikan dampak negatif dari pada dampak positif. Hal itu bisa dilihat dari lemahnya bargaining position pemerintah di mata MNC (Mc Donald) sehingga mengakibatkan lemahnya produk-produk hukum yang dihasilkan pemerintah. Produk-produk hukum tersebut cenderung menguntungkan investor asing dari pada pemberdayaan masyarakat Indonesia untuk lepas dari kemiskinan dan pengangguran.
Dampak negatif yang lain adalah munculnya perubahan budaya dari religius menuju budaya liberal yang dibawa oleh MNC sehingga mengakibtakan masyarakata tercerabut dari identitas lokalnya yang kemudian tergantikan dengan identitas global. Kondisi-kondisi ini mengakibatkan munculnya radikalisasi (oposisi) dari sebagaian elemen masyarakat terhadap MNC untuk segera menutup operasinya di Indonesia dan memaksa pemerintah untuk segera melakukan renegoisasi terhadap Mc Donald In donesia.

Daftar Pustaka

Barber, Benyamin R, Jihad Vs Mc World : Globalisme dan Tribalisme Baru Dunia, Ikon Teralitera, Surabaya, 2003.

Brown, Lester et.al, Vital Sign 1993: The trends That Are Shapping Our Future, Worldwatch, Washington, 2003.

Oatley, Thomas, International Political Economy: Interest and Institutional in The Global Economy, Pearson Education, New York, 2004.

Held, David et al, Global Transformations :Politics, Economy, and Culture, Standford California Press, California, 1999.

Mas’oed, Mohtar, Ilmu Hubungan Internasional :Disiplin dan metodologi, LP3ES, Jakarta, 1990.

Gilpin, Robert, The Challenge of Global Capitalism : The World Economy In the 21st Century, Princenton University Press, USA, 2002.

Clark, Ian, Globalization and Internayional Relations Theory, Oxford University Press, New York, 1999.

Surat Kabar

Jawa Pos, 13/01/07.
[1] Mahasiswa Pascasarjana Konsentrasi Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada Jogjakarta sekaligus Presiden e L_SEA (e L Santri English Activity) dan Santri Pondok Pesantren Almunawwir Krapyak Jogjakarta
[2] Benyamin R. Barber, Jihad Vs Mc World : Globalisme dan Tribalisme Baru Dunia, Ikon Teralitera, Surabaya, 2003, hal 17.
[3] Lester Brown et.al, Vital Sign 1993: The trends That Are Shapping Our Future, Worldwatch, Washington, 2003, hal 80-81.
[4] Sebetulnya banyak dampak yang diakibatkan oleh Mc Donald, tetapi untuk efektivitas dan spesifikasi pembahasn maka penulis hanya menyoroti tiga sector yaitu, gaya hidup, ekonomi-politik, dan radikalisasi.

[5] Thomas Oatley, International Political Economy: Interest and Institutional in The Global Economy, Pearson Education, New York, 2004, hal 170.
[6] David Held et al, Global Transformations :Politics, Economy, and Culture, Standford California Press, California, 1999, hal
[7] Jawa Pos, 13/01/07.
[8] Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional :Disiplin dan metodologi, LP3ES, Jakarta, 1990, hal 257
[9] Robert Gilpin, The Challenge of Global Capitalism : The World Economy In the 21st Century, Princenton University Press, USA, 2002, hal 183.
[10] Penyegelan ini hanya dilakukan sementara sebagai sebuah peringatan dan pemboikotan atas keberadaan MNC. Hal ini pernah dilakukan di Jogjakarata beberapa tahun yang lalu.
[11] Ian Clark, Globalization and Internayional Relations Theory, Oxford University Press, New York, 1999, hal 2.

Tidak ada komentar: