Welcome to the Enlightening Idea

The very powerful word combining of media makes it very overwhelming to change of the world

Senin, 02 Juli 2007

Arogansi AS di Asia Timur

Arogansi AS di Asia Timur
Oleh : Fathurrohman1
9 Oktober 2006, merupakan hari yang sangat bersejarah bagi Korea Utara (Korut) karena mampu melakukan uji coba bom nuklirnya secara sukses. Tetapi, dibalik kesuksesanya itu, Korut banyak menerima kecaman dari dunia internasional khususnya AS. Sebagai polisi dunia, tentunya AS tidak mau ada satu pun negara di dunia ini yang berani menyainginya, lebih-lebih negara tersebut sangat anti-AS.
Ketidaksenangan AS tersebut, akhirnya diwujudkan dengan mengajak negara-negara anggota tetap DK PBB untuk memberi sanksi terhadap tindakan Korut tersebut. Akhirnya, DK PBB di bawah komando AS memberikan sanksi berupa pembatasan perdagangan senjata, membatasi transaksi teknologi yang terkait senjata, membatasi perjalanan warga Korut yang terkait program nuklir, dan membatasi aset warga Korut yang terkait program transaksi senjata.
Kemudian yang menjadi pertanyaanya adalah mengapa Korut yang hanya sekali melakukan uji coba nuklir mendapatkan sanksi tegas dari DK PBB?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut penulis akan menggunakan dua faktor yaitu faktor internal dan faktor ekternal.
Faktor Internal
Dalam faktor internal ini penulis akan membaginya dalam beberapa sub.
Pertama, ideologi. Secara ideologi Korut sangat bertolak belakang dengan ideologi yang dianut oleh AS yaitu ideologi kapitalis. Korut merupakan salah satu negara di Asia Timur yang menggunakan ideologi komunisme. Sebagai negara komunis, tentunya Korut tidak mau didekte oleh AS yang kapitalis dalam mengelola dan mengatur negaranya.
Bagi Kim Jong-Il, kebutuhan untuk memiliki senjata nuklir adalah sebuah keharusan, mengingat Korut adalah negara yang berhak untuk menentukan nasibnya sendiri. Berbeda dengan AS, yang mengklaim diri sebagai negara adi daya yang terus menyebarkan virus pengaruhnya ke seluruh penjuru dunia, tentunya menganggap Korut yang komunis stalinis itu merupakan sebuah ancaman bagi pengaruh kapitalisme di Asia Timur.
Untuk itu, AS dan sekutu-sekutunya akan dengan sekuat tenaga untuk menundukkan Korut dengan berbagai dalih agar Korut yang komunis itu bisa berpindah ideologi ke kapitalisme. Selama Korut tetap pada pendirianya, sebagai negara anti-AS, maka AS akan selalu mempersoalkan segala bentuk tindakan Korut sebagai bentuk ancaman terhadap keamanan dunia internasional.
Kedua, ancaman di semenanjung korea. Perang saudara Korea Utara dan Korea Selatan pecah pada tahun 1950-1953. Sentimen perselisihan tersebut sampai sekarang masih sangat terasa. Kedua negara, seolah-olah sudah siap perang lagi jika salah satu di antara keduanya mulai melakukan penyerangan. Bom waktu perang antar keduanya kian meletup tatkala Korut berhasil melakukan uji coba bom nuklirnya beberapa hari yang lalu. AS, sebagai big boss bagi Korsel, tentunya tidak mau sekutunya di Asia Timur (Korsel) itu dihajar oleh Korut dengan nuklirnya.
Maka untuk melumpuhkan kekuatan nuklir Korut adalah dengan memberikanya sanksi lewat DK PBB. Selain pemberian sanksi tersebut, AS juga telah menyiapkan 29.500 personel militernya yang telah dilengakapi dengan senjata biologi, anti rudal, pesawat tempur, dan kapal induk yang sudah stand by di Korea Selatan.
Ketiga, ancaman Jepang. Jepang adalah negara pertama di dunia yang pernah di bom atom oleh AS pada tahun 1945, sehingga mengakibatkan Jepang menyerah kepada sekutu (AS) tanpa syarat. Sejak saat itulah, Jepang menjadi sekutu terdekat AS di Asia Timur.
Begitu dekatnya hubungan client and patron ini, sehingga untuk persoalan yang paling sakral pun (pembuatan konstitusi) harus dibuat bersama dengan sekutu (AS). Dalam konstitusi tersebut, Jepang tidak boleh mempunyai militer dan cukup militer disuplai oleh pihak Amerika Serikat.
Melihat ekskalasi politik dan keamanan di Asia Timur saat ini yang mulai memanas, yang terkait dengan kesuksesan uji coba nuklir Korut maka AS sebagai patron (negara pelindung) bagi Jepang tentunya tak ingin sekutunya tersebut dihancurkan begitu saja oleh Korut. Maka segala bentuk tindakan akan dihalalkan AS baik melalui resolusi PBB maupun dengan perlawanan fisik (perang) untuk melindungi “anak emasnya” tersebut di Asia Timur.
Faktor Eksternal
Paradigma realis berkembang sangat pesat pasca PD II, khususnya pada tahun 1945-1980. Tokoh paradigma realis yang paling terkenal adalah Hans. J. Morghentahu dengan karya besarnya yang berjudul Politics Among Nations : The Struggle For Power and Peace (1947).
Paradigma realis memandang bahwa politik internasional adalah sangat anarki (tanpa aturan). Bagi kaum realis, jika ingin damai maka harus perang. Untuk menjadi negara hegemon maka negara harus mempunyai power (kekuatan).
Untuk menelaah kasus uji coba nuklir Korut, maka bagi penganut pandangan realis yaitu AS tentunya tidak ingin keamanan di Asia Timur terganggu dengan tindakan provokatif Korut. Untuk itu maka, Amerika Serikat akan menggunakan konsep utamanya yaitu struggle for power (perjuangan untuk memperoleh kekuatan).
Konsep itu setali tiga uang dengan tiga doktrin Bush yaitu militer Amerika tidak boleh ada yang menandingi, terorisme adalah musuh Amerika, dan negara lain yang mengancam eksistensi Amerika perlu diagresi. Atas dasar konsep dan doktrin-doktrin Bush itulah AS akan menundukkan Korut yang dianggap sebagai "anak nakal" di Asia Timur.
Kebringasan AS sudah dibuktikan di Afghanistan dan Irak. Jika Korut tetap merecoki national interest AS di Asia Timur maka tahap pertamanya adalah mengefektifkan sanksi DK PBB dan tahap berikutnya jika sanksi PBB gagal maka sangat terbuka bagi AS untuk menjadikan Korut sebagai killing field di Asia Timur. Jika hal tersebut terjadi maka semakin memperkuat predikat AS sebagai negara yang arogan di panggung politik dunia internasional khususnya di kawasan Asia Timur.
1 Mahasiswa Pascasarjana UGM konsentrasi Hubungan Internasional sekaligus santri Pondok Pesantren Almunawwir Krapyak YK dan ketua e L_SEA (e L Santri English Activity) Krapyak.

Tidak ada komentar: