Aksi mogok dan demonstrasi besar-besaran telah terjadi di Kashmir India (Jammu Kashmir) minggu kemarin. Dalam demonstrasi tersebut setidaknya telah menelan korban jiwa sebanyak 38 orang baik dari pihak demonstran maupun aparat keamanan India. Rencananya, pihak demonstran akan terus melakukan aksinya selama pemerintah India tidak mengabulkan keinginan mereka untuk berpisah dengan India.
Pertumpahan darah yang mewarnai aksi demonstrasi di Kashmir India, tentunya sangat linier dengan keinginan yang sangat kuat dari masyarakat Kashmir India untuk melepaskan diri dari pemerintahan India. Bahkan menurut catatan sejarah, pergolakan yang terjadi di Kashmir India ini telah berlangsung sejak India lepas dari penjajahan kolonial Inggris.
Kemudian yang menjadi pertanyaanya adalah mengapa Kashmir India ingin merdeka dari pemerintah India ?. Apa kepentingan Pakistan dan India atas Kashmir ?. Pertanyaan ini sangat menarik karena konflik Kashmir bisa menambah ketegangan hubungan mereka yang sejak awal memang sudah sangat konfliktual.
Konflik Kashmir telah terjadi sejak India dan Pakistan lepas dari penjajahan Ingrris. Bahkan konflik Kashmir ini telah membawa kedua negara mengalami peperangan pada tahun 1948, 1967, dan 1972.
Untuk mengakhiri perang pada tahun 1948, PBB telah membuat resolusi tertanggal 5 Januari 1949 yang isinya pelaksanaan plebisit di Kashmir. Dalam plebisit ini, Kashmir terbagi menjadi 2 wilayah, sepertiga wilayah Kashmir yang disebut Azad Kashmir menjadi milik Pakistan, dan dua pertiga masuk dalam wilayah India yang disebut sebagai Jammu Kashmir. Wilayah Jammu Kashmir inilah yang kemudian memicu pergolakan perang pada tahun 1967 dan 1972.
Pada tahun 1972, dibentuklah perjanjian Simla yang bertujuan untuk mengakhiri peperangan antar keduanya. Tetapi, perjanjian tersebut ternyata gagal mendamaikan kedua negara, yakni India dan Pakistan sampai saat ini.
Keinginan utama wilayah Jammu Kashmir untuk lepas dari pemerintah India adalah bisa mengikuti jejak Azad Kashmir yang tergabung dalam wilayah teritorial Pakistan. Hal ini penting bagi Jammu Kashmir karena masyarakat Jammu Kashmir mayoritas memeluk agama Islam yang sama dengan yang terjadi di Pakistan.
Faktor kesamaan identitas antara Pakistan dan Jammu Kashmir ini menjadi sebuah alasan yang kuat bagi Jammu Kashmir untuk keluar dari India yang mayoritas rakyatnya beragama Hindu. Konflik beda identitas ini memang kerap kali terjadi di sebagian besar negara-negara di dunia.
Kita bisa melihat fenomena konflik yang berkepanjangan tersebut terjadi di Filipina, antara pemerintah Filipina dengan militan Moro (MILF), di Irlandia Utara, antara Kristen dengan Protestan, di Myanmar, antara pemerintah Myanmar dengan suku Islam Rohingnya di selatan Myanmar, dan di Cina antara etnik Islam di selatan Cina dengan pemerintah Cina.
Fenomena munculnya upaya memisahkan diri tersebut tentunya diakibatkan oleh adanya rasa tidak aman. Ketika hal itu yang menjadi sandaran, maka fenomena Jammu Kashmir yang ingin lepas dari genggaman India menjadi hal yang bisa dipahami sebagai sebuah bentuk tindakan yang rasional.
Perlombaan Senjata
Perlombaan senjata antara Pakistan dan India telah dimulai pada awal tahun 1950-an. Pada saat itu, India di bawah kekuasaan Perdana Menteri Jawaharlal Nehru telah mengembangkan senjata nuklirnya dan mengujinya pada tanggal 18 Mei 1974. Keberhasilan uji nuklir India tersebut kemudian direspon oleh Pakistan pada tahun 1998. Perlombaan uji senjata nuklir antara India dan Pakistan semakin intensif pada medio tahun 1998.
Meningkatnya perlombaan senjata nuklir antara India dan Pakistan ini mengindikasikan memanasnya hubungan antara keduanya yang dipicu oleh persoalan Kashmir yang tak kunjung selesai. Satu sisi, India menuduh Pakistan mempersenjatai dan mendanai para militan di Jammu Kashmir, sisi yang lain Pakistan menuduh India tidak tunduk dengan usulan PBB mengenai upaya referendum untuk Jammu Kashmir.
Fakta ini akhirnya membawa pada konsekuensi logik yang berdampak tidak hanya pada perlombaan senjata (arm race), tetapi juga memicu peningkatan belanja militer antar kedua negara tersebut. Peningkatan belanja militer kedua negara bisa dilihat pada tahun 2004, India mencapai 16970 juta dolar amerika serikat dan Pakistan 3848 juta dolar amerika serikat.
Kepentingan Pakistan dan India
Pakistan dan India merupakan dua negara yang memiliki kepentingan terhadap Jammu Kashmir. Hal ini terkait dengan nilai strategis yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Ada tiga nilai strategis Jammu Kashmir. Pertama, terkait letak geografis. Jammu Kashmir merupakan tempat yang sangat cocok untuk benteng pertahanan karena lokasinya yang terlindung oleh gunung. Begitu strategisnya wilayah ini, sehingga pada abad ke-19 pernah jadi rebutan antara imperium Rusia dan Inggris.
Kedua, ekonomis. Jammu Kashmir memiliki sumber mata air sungai seperti sungai Indus, Jhelum, dan Chenap yang sangat berarti bagi India dan Pakistan untuk keperluan irigasi dan konsumsi rakyat kedua negara tersebut. Ketiga, kedaulatan. Wilayah Jammu Kashmir yang diklaim oleh dua negara, India dan Pakistan, telah membawa dampak munculnya kepemilikan atas wilayah Jammu Kashmir antara India dan Pakistan.
Nilai-nilai strategis Jammu Kashmir telah menyebabkan dua negara yakni India dan Pakistan terlibat ketegangan berupa perlombaan senjata nuklir dan peningkatan belanja militer yang sebelumnya juga pernah terlibat perang. Fakta ini semakin diperuncing dengan keinginan Jammu Kashmir untuk keluar dari pangkuan India dan menjadi satu kesatuan dengan Pakistan.
Pertumpahan darah yang mewarnai aksi demonstrasi di Kashmir India, tentunya sangat linier dengan keinginan yang sangat kuat dari masyarakat Kashmir India untuk melepaskan diri dari pemerintahan India. Bahkan menurut catatan sejarah, pergolakan yang terjadi di Kashmir India ini telah berlangsung sejak India lepas dari penjajahan kolonial Inggris.
Kemudian yang menjadi pertanyaanya adalah mengapa Kashmir India ingin merdeka dari pemerintah India ?. Apa kepentingan Pakistan dan India atas Kashmir ?. Pertanyaan ini sangat menarik karena konflik Kashmir bisa menambah ketegangan hubungan mereka yang sejak awal memang sudah sangat konfliktual.
Konflik Kashmir telah terjadi sejak India dan Pakistan lepas dari penjajahan Ingrris. Bahkan konflik Kashmir ini telah membawa kedua negara mengalami peperangan pada tahun 1948, 1967, dan 1972.
Untuk mengakhiri perang pada tahun 1948, PBB telah membuat resolusi tertanggal 5 Januari 1949 yang isinya pelaksanaan plebisit di Kashmir. Dalam plebisit ini, Kashmir terbagi menjadi 2 wilayah, sepertiga wilayah Kashmir yang disebut Azad Kashmir menjadi milik Pakistan, dan dua pertiga masuk dalam wilayah India yang disebut sebagai Jammu Kashmir. Wilayah Jammu Kashmir inilah yang kemudian memicu pergolakan perang pada tahun 1967 dan 1972.
Pada tahun 1972, dibentuklah perjanjian Simla yang bertujuan untuk mengakhiri peperangan antar keduanya. Tetapi, perjanjian tersebut ternyata gagal mendamaikan kedua negara, yakni India dan Pakistan sampai saat ini.
Keinginan utama wilayah Jammu Kashmir untuk lepas dari pemerintah India adalah bisa mengikuti jejak Azad Kashmir yang tergabung dalam wilayah teritorial Pakistan. Hal ini penting bagi Jammu Kashmir karena masyarakat Jammu Kashmir mayoritas memeluk agama Islam yang sama dengan yang terjadi di Pakistan.
Faktor kesamaan identitas antara Pakistan dan Jammu Kashmir ini menjadi sebuah alasan yang kuat bagi Jammu Kashmir untuk keluar dari India yang mayoritas rakyatnya beragama Hindu. Konflik beda identitas ini memang kerap kali terjadi di sebagian besar negara-negara di dunia.
Kita bisa melihat fenomena konflik yang berkepanjangan tersebut terjadi di Filipina, antara pemerintah Filipina dengan militan Moro (MILF), di Irlandia Utara, antara Kristen dengan Protestan, di Myanmar, antara pemerintah Myanmar dengan suku Islam Rohingnya di selatan Myanmar, dan di Cina antara etnik Islam di selatan Cina dengan pemerintah Cina.
Fenomena munculnya upaya memisahkan diri tersebut tentunya diakibatkan oleh adanya rasa tidak aman. Ketika hal itu yang menjadi sandaran, maka fenomena Jammu Kashmir yang ingin lepas dari genggaman India menjadi hal yang bisa dipahami sebagai sebuah bentuk tindakan yang rasional.
Perlombaan Senjata
Perlombaan senjata antara Pakistan dan India telah dimulai pada awal tahun 1950-an. Pada saat itu, India di bawah kekuasaan Perdana Menteri Jawaharlal Nehru telah mengembangkan senjata nuklirnya dan mengujinya pada tanggal 18 Mei 1974. Keberhasilan uji nuklir India tersebut kemudian direspon oleh Pakistan pada tahun 1998. Perlombaan uji senjata nuklir antara India dan Pakistan semakin intensif pada medio tahun 1998.
Meningkatnya perlombaan senjata nuklir antara India dan Pakistan ini mengindikasikan memanasnya hubungan antara keduanya yang dipicu oleh persoalan Kashmir yang tak kunjung selesai. Satu sisi, India menuduh Pakistan mempersenjatai dan mendanai para militan di Jammu Kashmir, sisi yang lain Pakistan menuduh India tidak tunduk dengan usulan PBB mengenai upaya referendum untuk Jammu Kashmir.
Fakta ini akhirnya membawa pada konsekuensi logik yang berdampak tidak hanya pada perlombaan senjata (arm race), tetapi juga memicu peningkatan belanja militer antar kedua negara tersebut. Peningkatan belanja militer kedua negara bisa dilihat pada tahun 2004, India mencapai 16970 juta dolar amerika serikat dan Pakistan 3848 juta dolar amerika serikat.
Kepentingan Pakistan dan India
Pakistan dan India merupakan dua negara yang memiliki kepentingan terhadap Jammu Kashmir. Hal ini terkait dengan nilai strategis yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Ada tiga nilai strategis Jammu Kashmir. Pertama, terkait letak geografis. Jammu Kashmir merupakan tempat yang sangat cocok untuk benteng pertahanan karena lokasinya yang terlindung oleh gunung. Begitu strategisnya wilayah ini, sehingga pada abad ke-19 pernah jadi rebutan antara imperium Rusia dan Inggris.
Kedua, ekonomis. Jammu Kashmir memiliki sumber mata air sungai seperti sungai Indus, Jhelum, dan Chenap yang sangat berarti bagi India dan Pakistan untuk keperluan irigasi dan konsumsi rakyat kedua negara tersebut. Ketiga, kedaulatan. Wilayah Jammu Kashmir yang diklaim oleh dua negara, India dan Pakistan, telah membawa dampak munculnya kepemilikan atas wilayah Jammu Kashmir antara India dan Pakistan.
Nilai-nilai strategis Jammu Kashmir telah menyebabkan dua negara yakni India dan Pakistan terlibat ketegangan berupa perlombaan senjata nuklir dan peningkatan belanja militer yang sebelumnya juga pernah terlibat perang. Fakta ini semakin diperuncing dengan keinginan Jammu Kashmir untuk keluar dari pangkuan India dan menjadi satu kesatuan dengan Pakistan.