Welcome to the Enlightening Idea

The very powerful word combining of media makes it very overwhelming to change of the world

Kamis, 10 Mei 2012

Kalkulasi Perang Iran Versus Israel


Hubungan Iran dan Israel kembali menjadi sorotan dunia internasional setelah dua peristiwa penting menyulut keduanya untuk saling mengintai dan mengancam. Peristiwa yang pertama adalah terbunuhnya ilmuan Iran Mostafa Ahamdi Rosha, yang merupakan ilmuan kelima Iran yang diduga dibunuh oleh Mossad dan CIA (Central Intelligence Agency). Sementara peristiwa yang kedua adalah tiga ledakan bom yang terjadi di India, Georgia, dan Thailand yang diklaim oleh Israel dilakukan oleh Iran dan Hizbullah.
Dua peristiwa itu membuat ekskalasi konflik Iran dan Israel akan semakin menegangkan di tengah fenomena Arab Spring yang menyapu satu per satu negara-negara yang dikenal dengan “emas hitam-nya” tersebut. Kemudian yang menjadi pertanyaannya adalah mungkinkah perang terbuka antara Iran dan Israel akan betul-betul meletus tahun ini?. Pertanyaannya ini sangat penting untuk kita diskusikan karena banyaknya batu sandungan dan hambatan yang mengiringi perjalanan hubungan keduanya di Timur Tengah.
Pasca Perang Dingin (Cold War), hubungan Iran dan Israel secara umum mengalami pasang surut. Hubungan keduanya mulai menunjukkan fase-fase menegangkan ketika Iran di bawah kendali Ahamadinejad dan Israel di bawah komando Netanyahu. Kedua pemimpin tersebut memiliki kesamaan sikap yakni, sama-sama keras dalam memegang ideologi-ideologi politiknya.
Ahamadinejad dikenal sebagai sosok bersahaja yang dibesarkan dari keluarga tukang besi di desa Aradan, 120 kilometer arah tenggara Teheran. Ahamadinejad meniti karir politiknya pertama kali sebagai walikota Teheran pada tahun 2003 dan akhirnya memegang kendali kepresidenan Iran pada tahun 2005 menggantikan Muhammad Khatami yang telah memimpin Iran selama dua periode (1997-2005). Ahamadinejad dikenal sangat keras terhadap Israel terkait dua pernyataan poltiknya yang menganggap Holocaust adalah mitos dan Israel harus dihapus dari peta dunia.
Netanyahu lahir di Tel Aviv, Israel dari keluarga akademisi yang mapan. Ayahnya, Ben-Zion Netanyahu, adalah seorang profesor mengenai sejarah Yahudi. Netanyahu mengawali karir politiknya di partai Likud pada tahun 1988 dan mengantarkannya menjadi Perdana Menteri Israel pada tahun 1996-1999 dan kemudian terpilih kembali pada tahun 2009. Netanyahu dikenal sangat keras dan tegas terhadap Palestina dan Iran karena ideologi partai politiknya, Likud, yang sangat liberal conservatism.
Karakter yang sangat keras dari Ahmadinejad dan Netanyahu akan memainkan peran yang signifikan bagi munculnya instabilitas di Timur Tengah. Sikap saling mengecam kedua pemimpin tersebut membuat kedua negara siap untuk saling serang dengan beragam alasan, khususnya terkait tentang kemanan dalam negeri masing-masing negara. Dalam konteks ini, Israel sudah melakukan uji coba penembakan roket di pangkalan militer Palmachim. Di sisi yang lain, Iran juga telah menyiapkan kekuatan terbaiknya dalam menghadang Israel.
Keberanian Israel yang ingin melakukan pre-emptive military strike terhadap Iran tidak bisa dilepaskan dari keyakinannya untuk menentukan takdirnya sendiri. Hal itu disampaikan oleh Netanyahu di tengah pertemuan AIPAC (American Israel Public Affairs Committee) yang digelar awal bulan ini di Washington di tengah kegagalan Netanyahu dalam membujuk Obama untuk ikut serta dalam rencana penyerangannya atas Iran.
Sementara itu, Obama memiliki pertimbangan lain atas Iran dalam menyelesaikan program nuklirnya. Orang nomor satu di AS itu lebih mengedepankan diplomasi dan tidak menggunakan opsi perang saat ini karena terkait dengan akan digelarnya pemilu presiden AS di bulan November. Tetapi, jika jalur diplomasi nanti dianggap gagal, ada kemungkinan Obama akan mengambil jalan invasi.
Panasnya hubungan AS dan Iran bisa kita lacak dari proyek nuklir pemerintahan Ahmadinejad yang dianggap oleh AS akan dijadikan tempat pengayaan uranium untuk pembuatan bom nuklir. Hal tersebut sudah pernah dibantah oleh Iran bahwa proyek nuklirnya bukan diproyeksikan untuk pembuatan bom nuklir, tetapi digunakan untuk tujuan-tujuan damai seperti pembangunan industri listrik serta perekonomian.
Klaim-klaim yang dikemukakan oleh Iran terkait program nuklirnya ternyata ditanggapi secara dingin oleh Barat. Kondisi ini membuat pihak Barat menjatuhkan sanksi baru bagi Iran dan membekukan aset-aset Iran di luar negeri. Untuk menyikapi hal tersebut, kemudian Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz jika Barat masih tetap tidak bisa diajak kompromi.
Selat Hormuz merupakan selat yang memainkan peran vital bagi perdagangan dunia dan hampir 20 persen atau sekitar 17 juta barel per hari pasokan minyak dari belahan negara-negara Timur Tengah melewati selat ini. Hal ini mengakibatkan ancaman Iran untuk menutup Selat Hormuz tentunya akan merugikan pasokan minyak ke sekutu-sekutu AS baik yang ada di Asia maupun Eropa.
Kalkulasi yang memungkinkan akan meletusnya perang di tahun ini adalah Israel melakukan serangan awal ke Iran meskipun tanpa restu AS. Rencana penyerangan Israel ini sudah pernah disampaikan oleh Netanyahu di depan parlemen Israel, Knesset.di awal tahun 2012. Ancaman penyerangan Israel ke Iran mendapatkan tanggapan dari Iran bahwa Iran akan menyambut serangan Israel dengan serangan yang lebih mematikan.
Sikap saling mengancam antara Israel dan Iran bisa mengakibatkan semakin memanasnya tensi keamanan di wilayah regional Timur Tengah di tengah upaya banyak negara untuk menyerukan pentingnya spirit perdamain dalam membangun tata dunia global  yang lebih harmoni. Untuk itu, dalam mengatasi hal tersebut, semua pihak khususnya Iran dan Isarel harus bisa mengedepankan sikap saling memahami (mutual understanding) dan saling percaya (mutual trust) agar tercipta stabilitas keamanan yang konkret.
Berpijak dari analisa di atas maka perang terbuka antara Israel dan Iran akan meletus atau tidak, tergantung bagaimana goodwill kedua belah pihak dalam memahami satu sama lain. AS sebagai negara super power  harus bisa ikut menjaga stabilitas di Timur Tengah karena dampak perang akan berakibat fatal bagi sendi-sendi kehidupan, tidak hanya sendi ekonomi dan politik, tetapi juga kemanusiaan.