Welcome to the Enlightening Idea

The very powerful word combining of media makes it very overwhelming to change of the world

Kamis, 31 Mei 2012

Jangan Pilih Politisi Busuk

Perhelatan akbar pemilu legislatif telah berakhir beberapa hari yang lalu dengan kondisi yang relatif aman ketimbang pemilu-pemilu sebelumnya. Para politisi partai pun sudah mulai kembali bergabung dengan teman sejawatnya di parpol masing-masing setelah satu bulan penuh kampanye dan mengkampanyekan diri di depan massanya.

Pertarungan internal elit partai dalam memperebutkan posisi nomor urut jadi seolah-olah telah menjadi langgam yang tidak bisa dilepaskan, aksi saling jegal dan adu setoran kerap kali mewarnai di tubuh parpol menjelang rutinitas limatahunan diselenggarakan.

Elit-elit partai menjadi lebih aktif melakukan manuver dan gerakan bawah tanah untuk sekedar bisa duduk manis di senayan. Merekan juga tidak tanggung-tanggung menjual dagangan mereka dengan mengatasnamakn membela kaum tertindas (rakyat kecil). Dan mereka pun rela blusukan ke pasar-pasar dan berpanas-panasan hanya sekedar membuktikan bahwa mereka betul-betul pro kepentingan rakyat.

Penyelenggaraan pemilu legislatif menjadi lahan empuk bagi elit-elit partai untuk mengobral janji-janji kepada rakyat dan mengklaim diri sebagai elit yang paling mewakili kepentingan rakyat. Tetapi ketika para elit telah bisa mewujudkan ambisinya untuk duduk di parlemen, mereka mulai melupakan janjinya.

Kondisi tersebut bisa dilihat ketika para anggota dewan melakukan rapat atau pun sidang-sidang DPR banyak yang ngantuk bahkan tidur di tengah-tengah sidang. Hal tersebut masih juga diperparah dengan sering absenya para elit politik senayan dalam persidangan-persidangan DPR. Dan sudah menjadi rahasia umum kerjaan para elit senayan sekarang tidak ada ubahnya dengan anggota dewan pada masa Orde Baru, Dewan hanya menjadi "pelayan" pemerintah dan pemberi legitimasi penguasa.

Itulah sedikit potret buram politisi senayan yang saat kampanye memberi iming-iming ingin mengubah nasib rakyat dan membela kepentingan rakyat. Potret buram politisi senayan sekarang disinyalir akan terulang lagi pada masa yang akan datang (2004-2009) hal tersebut bisa dilihat dari perolehan suara sementara yang didominasi oleh partai-partai besar.

Fakta telah membuktikan bahwa politisi-politisi kawakan hanya mengedepankan kepentingan pribadi dari pada kepentingan rakyat dan ada kecenderungan mereka malah memeras rakyat secara habis-habisan.
Untuk mencegah serta meminimalisasikan politisi-politisi busuk senayan maka perlu dibuat kontrak politik antara politisi dengan rakyat. Model kontrak politik tersebut bukan hitam di atas putih tetapi kontraknya lebih mengarah ke social punishment artinya politis-politisi yang ingkar janji wajib untuk tidak dipilih lagi oleh rakyat.Contoh yang lebih mendekati medel social punishment banyak diterapkan oleh masyarakat Semarang pada musim kampanye tahun lalu, mereka ramai-ramai untuk memilih caleg-caleg yang berada pada nomor urut sepatu ketimbang caleg yang bernomor urut jadi. Hal itu dilakukan dengan asumsi kasar masyarakat awam bahwa caleg nomor topi rentan melakukan money politic dengan partai. Dan masih menurut anggapan mereka ketika caleg sejak awal sudah mengeluarkan modal awal maka menurut hukum bisnis modal awal harus kembali dan kalau perlu bertambah banyak.

Mekanisme penjegalan politisi busuk ala masyarakat Semarang adalah merupakan langkah yang mau tidak mau harus diambil untuk tidak melakukan golput, karena banyaknya caleg-caleg busuk yang ditawarkan partai.

Langkah tersebut setidak-tidaknya bisa mengurangi maraknya politisi-politisi busuk yang suka ingkar janji dan sekaligus sebagai shock therapy bagi para caleg-caleg yang mencoba mendulang emas di parlemen.
Social punshment diharapkan mampu memberikan pelajaran yang berharga bagi politisi nakal yang suka membohongi rakyat dan menggunakan rakyat hanya sebagai alat untuk memuluskan jalanya menuju kursi dewan.

Hanya model shock therapy tesebut yang mampu meluruskan komitmen elit dalam kompetisi politik. Dan ketika para politisi sudah bisa meluruskan komitmenya (amanah) dengan rakyat maka diharapkan mampu mengagregasikan serta mengartikulasikan kepentingan rakyaat dalam membangun bangsa dan negara menjadi sebuah negara yang bisa diperhitungkan di mata dunia internasional, Amin. (National Issue).

Tidak ada komentar: